"Hey, Baby. I think I wanna marry you..."Bermula dari sebuah Wedding Invitation atas namaku, yang dibagikan kepada para member Kopites Mojokerto di markas nobar KM, ketika aku dan Oppa nobar Liverpool vs Southampton akhir pekan lalu. Tanpa paham betul dari siapa undangan itu berasal, Oppa menyanggupi untuk menemaniku hadir pada resepsi pernikahan salah seorang saudara se-jersey-merah kami.
Minggu, 24 Agustus 2014 malam. Dijemput sekitar pukul tujuh, aku hampir siap. Masih tersisa sedikit manyun pada Oppa-ku yang tampak ganteng dalam busana batik cokelat muda berbalut hoodie abu-abu. Ya, sorenya aku sempat mencerewetinya perihal outfit apa yang akan kami kenakan untuk buwuh nanti. I really wanted us to get match, since Oppa and I don't have any couple dresscode yet. :( So I thought a pair of light brown batik was fine.
Berbekal peta kecil yang disematkan dalam undangan, kami berangkat. Well, you can't tell that Kedungmaling is quietly near, because it is far enough from our place, while I'm so blinded about the directions. >_< Sempat nyasar, but luckily kami segera menemukan rute awal dan bisa kembali jalan yang benar.
Agak-agak nggak yakin, tapi kemudian Oppa menggenggam tangan kananku mantap. Berjalan beriringan menuju lokasi acara yang dimaksud. Di ujung gang tampak suasana meriah. Sayup-sayup terdengar musik dangdut/keroncong khas mantenan mengalun. Semoga saja kami beneran nggak salah tempat buwuh.
Beruntung aku segera mengenali sesosok lelaki bersetelan jas hitam dengan untaian bunga melati terkalung di leher. Pengantin pria. Laki-laki ramah yang selalu menyapaku di kopdar dan nobar KM, setiap aku baru datang. Member KM yang cukup tenar dan berpengaruh di komunitas. Yang beberapa waktu lalu memblututkan(?) banyak sekali chants Liverpool untuk kupelajari(?). :P
"Bang Iconk? Lho, jadi ini nikahannya dia?" aku hampir menjerit syok. Beneran dia sendiri yang nikah? Susah payah aku berusaha mengingat, yang memberikan undangan padaku memang si Bang Iconk itu, sih.
"Lho, kok Sayang malah nggak tahu?" di sampingku Oppa bertanya keheranan. Ya jelas aneh, lah. Datang ke nikahan teman sendiri tapi nggak tahu yang mana orangnya. Dumb me!
Aku menatap Bang Iconk -yang tampak asyik dengan tamu-tamu mudanya- dan Oppa bergantian. Galau. Parah. "Mana aku tahu kalau nama aslinya dia Faisol?"Well, sepertinya kami keluarga KM pertama yang hadir. Rekan-rekan belum ada yang datang, kata Bang Iconk. Kami hanya menyalami dan membiarkan Bang Iconk menemui tamu-tamunya dulu. Toh, baru kami berdua. Kami bisa menyapanya lagi bareng yang lain nanti.
"Sayang ini nakal, deh. Masa' tadi yang disalamin cuma pengantin prianya aja, yang perempuannya enggak," tiba-tiba Oppa berbisik padaku sambil nyengir. Menyadarkan akan kekhilafan yang barusan kulakukan.
Aku menepuk dahi. "Duh, khilaf, Yang. Tadinya malah nggak pingin ganggu dia ngobrol sama tamunya. Nanti deh, pasti kusalamin." aku merasa bersalah. Oppa, terima kasih sudah (selalu) mengingatkan. :*Pihak keluarga menyilakan kami untuk duduk dan menghidangkan makanan. Selagi menunggu, aku memerhatikan aneka penganan yang disediakan di atas meja. Pernah beberapa kali menemukan jenis makanan serupa pada beberapa acara lain, rata-rata jenis makanan tradisional yang biasa dibuat sendiri, tapi sama sekali nggak pernah terlintas di pikiranku untuk mencicipinya (jeongmal mianhae, murni masalah perbedaan selera saja. :Dv). Oppa juga sama, tapi dengan pede dia bilang mengenal beberapa jenis makanan, dan memaksaku untuk mencobanya. Sejenis jajanan berwarna hijau bertekstur lengket yang baru kutahu namanya 'Wajik Ketan' itu rasanya lumayan, nggak buruk-buruk juga. Manis sih, tapi tetap saja aneh di lidah(ku). :P
Bang Iconk yang usai beramah-tamah dengan para tamu terdahulu(?)-nya menghampiriku dan Oppa yang tengah menikmati makan malam. Kami saling bertukar kabar. Aku memberitahu tentang ke-tidaktahuan-ku akan nama aslinya 'Faisol' dan baru ngeh saat melihatnya mengenakan busana pengantin pria saat itu. Bang Iconk tertawa. Pura-pura merajuk karena sejak pertama kali kenal hingga sekarang, aku memang selalu memanggilnya dengan sebutan demikian tanpa tahu siapa nama aslinya. Yang penting kan, kita satu keluarga, merah. \m/
Topik berganti pada kami. Bang Iconk bertanya kapan kami kan menyusulnya. Gilirian kami membawa hubungan ini ke pelaminan. Bergurau dengan Oppa agar segera menikahiku, supaya aku nggak nobar sendirian lagi, dan bisa hadir di nobar dini hari yang nggak pernah kudapatkan ijinnya dari Ibuk. Ia setulusnya mendoakan kelangsungan hubungan kami ke arah yang lebih menjanjikan. Thanks a lot, Dude! :')
Rombongan KM mulai berdatangan saat aku dan Oppa sudah menghabiskan makan malam kami. Seperti dugaanku, mereka memang janjian datang bersama (ah, aku tersisih gara-gara BBM). Aku dan Oppa bermaksud untuk bergabung, tapi karena anggota yang belum dapat makan malam cukup banyak, akhirnya kami putuskan menepi saja. Duduk nggak jauh dari tempat para member KM berkumpul. Ramai sekali. Bang Pur bahkan sempat 'numpang-mengadakan-rapat-darurat' sekalian, mumpung banyak yang kumpul. Tentang rencana lawatan Kopites Jombang kemari, dan agenda nobar minggu depan. Hahaha...
Usai semua beres, semuanya sepakat untuk bersama-sama naik ke atas kuade, berfoto ala Kopites Mojokerto (kali ini tanpa jersey). Berdesak-desakan. Aku cuma was-was kalau kuade-nya nggak cukup kuat menampung kami semua sekaligus. Ada juga yang akhirnya terpaksa berpose di bawah karena nggak kebagian tempat. Oppachagi? Tertawa-tawa geli melihat tingkah norak kami dari bangku penonton, ia langsung menolak bergabung saat kuajak.
with KM family, minus Oppachagiya. |