Ayah's greeting to his son |
Pukul 9 lewat, usai menempuh perjalanan hampir sejam dengan kecepatan woles, aku dan Kak Anto yang dipandu Mbak Rini sekeluarga tiba di RSB Inna, Mancilan, Mojoagung, Jombang. Ngapain? Tentu demi berjumpa Dr. Samidjan S.Pog seraya berkonsuntasi mengenai kehamilanku yang sudah mencapai 26weeks. 6½ bulan, jelang 7.
Kali pertama check-up di Rumah Sakit Bersalin, jauh-jauh luar kota pula. Exited. Happy. Deg-degan. Rumah sakit cukup lengang saat aku dan Mbak Rini menghampiri resepsionis dan mendaftarkan diri. Mbak Rini sudah 2x ke mari selama kehamilan keduanya ini, sedangkan buatku ini yang pertama. Tanpa rekomendasi dan panduan darinya nggak mungkin kami bisa sampai sini. Menempuh jalanan aspal berdebu demi tatap muka yang cuma belasan menit. Tentu semuanya demi Aka-chan.
Hanya 2 nomor antrian di depan, aku menyilakan Mbak Rini agar diperiksa lebih dulu selagi aku melihat-lihat saksama sarana bersalin yang letaknya di tengah pemukiman itu. Pintu ruang periksa terbuka dan namaku dipanggil. Kak Anto mengekorku dari belakang. Duduk anteng di kursi pasien sementara aku berbaring untuk diperiksa.
Perawat mengoleskan krim pada perut buncitku. Membaca basmalah, Dr. Samidjan mulai menempelkan alat usg--di sekitar posisi Aka-chan berada--memutar-mutarnya mendapatkan data. Good news, buah cinta kami teridentifikasi berjenis kelamin laki-laki. 'Menara'nya jelas terlihat. Aku dan Kak Anto bertatapan lega. Amat. Jagoan yang begitu ia nanti, sudah disiapkan bakal nama, bahkan sudah dipanggilnya jabang bayi kami dengan nama ganteng itu: Aris. Suamiku begitu mengidamkan anak pertamanya laki-laki dan kini kami tahu impian itu hampir terwujud.
Mukanya ditutupin tangan~ |
Kabar kurang menyenangkannya tentang posisi Aris masih melintang, sebaiknya di usia kehamilan memasuki 6-7 bulan janin sudah bersiap memasuki panggul dengan kepala menghadap ke jalan lahir. Dan Aris butuh waktu untuk itu... Belum lagi kasus 'kalung usus', ya saking polahnya ia semasa lebih kecil dulu. :(
Pak dokter bilang masih ada harapan Aris membenahi posisinya menuju kelahiran. Masih besar kemungkinanku untuk bersalin secara normal selagi syarat utama tadi terpenuhi. Harus banyak terapi dengan bersujud, katanya. Nungging-nungging sambil ngepel lantai manual begitulah, dengan harapan dapat membantu posisi bayi 'muter'. Nggak boleh terlalu lama duduk. Beberapa jam sekali diharuskan rehat dengan jalan-jalan ringan. Sure, I'll do it.
Usai sesi konsultasi, pak dokter menginstruksikan untuk cek Hb (lagi), demi mencegah nggak ada masalah lagi. Di ruangan sebelah, seorang mbak-mbak imut dengan sabar dan telaten menanganiku yang sangat takut jarum dan disuntik! Setelah negosiasi konyol dan ritual-ritual absurd menyertai--untung ada suami--proses pengambilan darah dari lipatan lengan sukses dilakukan. Nggak (begitu) sakit sih, tapi tetap nggak mengubah esensi seram dan menyurutkan parno/phobia-ku atasnya. Malu banget sudah bertingkah lebay di depan mbak-mbak itu, ya tapi mau bagaimana lagi. :'(
Kami sekalian menunggu hasil tes darahnya selesai. Sekitar jam 11, mbak-mbak imut tadi menghampiri dan menyerahkan hasil lab. Alhamdulillah meski turun dari kadar semula 11,6 menjadi 11,1 Hb-ku masih dalam batas normal. Kesehatanku juga nggak bermasalah, cukup kurangi aktivitas dan perbanyak istirahat. Gula darah juga normal pun tensinya.
Overall, it was the best pregnancy check up ever in all ways, exclude the location yang berjarak tempuh luar kotaan. It was fine, meski jauh tapi rutenya gampang binggo. Dekat dari alun-alun Mojoagung. Bulan depan bisa lah berangkat sendiri nggak usah dipandu.
Ahh, sekarang saja Bunda sudah kangen kamu lagi, Aris... Oyaciuminasai, anata. :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
It's my pleasure to know that you've left a comment here. Arigatou~~ *^_^*