Bagaimana jika saat itu Noval tidak dicampakkan dengan kejam oleh Oky?
Bagaimana jika Oky tidak bertemu diam-diam dengan pria mapan itu dan menerima pinangannya--di belakang Noval yang selalu mendamba?
Bagaimana jika Noval tidak terima dengan penghianatan itu dan meminta kembali segala yang telah dikorbankannya demi sang wanita?
Bagaimana jika Oky menyadari kesalahannya dan memohon kembali pada Nova untuk menyelamatkan hubungan mereka?
Bagaimana jika pria mapan--yang usianya lebih pantas sebagai paman Oky--itu tahu bahwa calon pasangannya adalah kekasih orang lain dan melepaskannya saja--alih-alih tetap menikahinya?
Barangkali Oky dan Noval telah menjadi pasangan yang berbahagia, atau malah saling menyakiti pada akhirnya.
Barangkali paman mapan itu akan menemukan wanita dewasa yang lebih cocok dengan gaya hidupnya--daripada Oky.
Atau mungkin Noval tidak akan mendaratkan pelampiasannya pada Erta--yang segera ia nikahi tak lama setelah resmi patah hati.
Mungkin Noval tidak akan menyesali keputusannya untuk berkomitmen karena sebagian dirinya belum siap untuk menetap.
Mungkin Erta tidak akan hancur karena suami yang ia cinta ternyata tidak ssesuai ekspektasi.
Jika saja Erta tidak bertemu dengan Noval yang tengah kandas cintanya oleh seseorang lebih dulu, bisa jadi dirinya akan lebih bahagia bersama orang lain yang mencintainya.
Atau tidak.
@30haribercerita #30haribercerita #30HBC19 #30hbc1912 #temabagaimanajika #whatif #writingchallenge #ricchanmenulis
Di luar hujan? Mari kuseduhkan secangkir kopi panas untukmu. Tentu kita bisa saling bertukar cerita sembari menikmati pelangi dan senja, kan? *^_^*
Sabtu, 12 Januari 2019
Jumat, 11 Januari 2019
Lomba Puisi Inspo
Thankiss you uunchh to my beloved sissy @ainurhayati1022 who always reminds me of everything I forget. 😘
Kami suka baca, suka nulis iseng2. Awalnya aku memang debut lebih dulu, tapi belakangan kayaknya doi sudah lebih jago. Pernah sekali kami ikutan lomba tulis cerpen kolaborasi dan alhamdulillah jadi salah satu nominee.
Dan itu sudah cukup lama berlalu. Mungkin dia kangen dengan esensi kirim-kirim naskah. Meski sejauh ini kami nggak pernah memperhitungkan reward atau semacamnya, karena sungguh setinggi-tingginya apresiasi adalah bahwa karya kami bisa diterima. *eciyeee* *uhhuk*
Kabar baiknya, dia pasti tahu kalau ada challenge kayak gini dan auto-mention diriku--yang seringnya sih kuabaikan karena belum mood. Tapi entah kenapa semalam pas diingetin aku tergerak untuk langsung bikin dan kirim, hanya hitungan beberapa jam saja sebelum deadline. 😂 Sungguh kebiasaan buruk DL-ers yang nggak patut dicontoh... Termasuk ketertinggalanku dalam #30haribercerita ini. 🙈
Anyway, alhamdulillah email-ku semalam sudah langsung dapat balasan. Means naskahku resmi diikutsertakan dalam lomba puisi suka-suka. Doakan ya, naskah-naskah kami ada yang nyantol, syukur-syukur ya bisa lolos berdua. Aamiiin...
@30haribercerita #30HBC19 #30hbc1911 #lombatulispuisi #redaksiinspo #inspocreative #writingchallenge #ricchanmenulis #latepost
Kamis, 10 Januari 2019
Tidak Cukup Woo Seok
Tidak, Kak. Tidak. Tentu aku senang bersama Kakak, tapi aku juga ingin lebih.
Ditambah Kijeong, pasti akan lebih baik dengan kalian berdua bersamaku.
Tidak, tidak. Harus dengan Kak Seonho, juga Hyungseok, dan jangan tinggalkan Seojun.
Kan kita sudah sepakat akan memulai debut sebagai boyband, bukannya duo vocal. Oke, Kak Wooseok?
Suho Lee--ex trainee yang ingin coba debut lagi.
@30haribercerita #30haribercerita #30HBC19 #30hbc1910 #webtoon #spiritfingers #lookism #secretofangel #fanfiction #writingchallenge #ricchanmenulis #latepost
Selasa, 01 Januari 2019
Pagi 2019
1 Januariku tidak pernah seremeh tanggal merah.
Tahun baru? Cuma ritual ganti kalender.
Sudah berapa lama berlalu sejak kali terakhir aku mengucapkan "Selamat ulang tahun" padamu secara langsung?
Hei, Ayah...
Aku memang tidak pernah memberimu kado, hadiah, apalagi pesta kejutan dengan dkue ulang tahun. Memangnya siswi SMP zaman dulu bisa beli apa dengan uang jajannya yang tidak seberapa? Aku ingat cium tangan sambil berdoa atasmu--plus nilai-nilai ulangan yang lulus SKM--saja Ayah sudah senang.
Sekarang aku sudah bisa membelikan Ayah hadiah. Mau kukado apa? Ayah tinggal sebut. Cucu? Sudah tuh, 2 bayi laki-laki yang masyaallah gemesinnya. Salah satunya menyandang namamu--putra sulungku juga bernama 'Muhammad' dan 'Haris'. Demi apa, coba? Ya agar dia senantiasa mengingat dan menjadi pribadi yang luar biasa seperti kakeknya. Aamiiin...
Tapi semahal sebagus semeriah apapun kejutan dan kado yang mampu kupersiapkan untuk hadiah ulang tahun di setiap 1 Januari, semuanya percuma. Percuma saja kalau Ayah tidak bisa menerimanya. Sederas apapun harapan atasmu kuteriakkan tidak akan serta merta sampai untuk Ayah dengar. Kecuali Allah Mengizinkan.
Hari ini sama seperti 1 Januari tahun-tahun sebelumya, aku hanya bisa datang bersama mereka yang juga mencintai, kehilangan, dan rindu padamu seperti aku. Kami bersenang hati, membawakanmu bunga-bunga. Kami melepas rindu, membebaskan duka dan airmata, menerbangkan doa di depan nisan.
Untukmu.
Kepadamu yang 15 tahun lalu pergi mendahului kami. Karena Allah Memanggilmu pulang ke surga-Nya yang pasti jauh lebih indah daripada di sini.
Dan seperti yang Ayah bisa lihat (pasti bisa, kan?) kami berhasil tiba di 1 Januari ke sekian ini dengan baik. Berkat Ayah kami belajar merelakan. Belajar menerima. Belajar bersabar. Belajar untuk lebih tabah, dan selalu optimis.
Kiamat kecil kami adalah kepergianmu, maka apa lagi yang bisa lebih menjatuhkan dari itu?
365 hari ke depan untuk semakin dekat dengan waktu kita berkumpul bersama. Suatu saat nanti, pasti.
#30haribercerita #30hbc19 #30hbc1901 #writingchallenge #ricchanmenulis
Tahun baru? Cuma ritual ganti kalender.
Sudah berapa lama berlalu sejak kali terakhir aku mengucapkan "Selamat ulang tahun" padamu secara langsung?
Hei, Ayah...
Aku memang tidak pernah memberimu kado, hadiah, apalagi pesta kejutan dengan dkue ulang tahun. Memangnya siswi SMP zaman dulu bisa beli apa dengan uang jajannya yang tidak seberapa? Aku ingat cium tangan sambil berdoa atasmu--plus nilai-nilai ulangan yang lulus SKM--saja Ayah sudah senang.
Sekarang aku sudah bisa membelikan Ayah hadiah. Mau kukado apa? Ayah tinggal sebut. Cucu? Sudah tuh, 2 bayi laki-laki yang masyaallah gemesinnya. Salah satunya menyandang namamu--putra sulungku juga bernama 'Muhammad' dan 'Haris'. Demi apa, coba? Ya agar dia senantiasa mengingat dan menjadi pribadi yang luar biasa seperti kakeknya. Aamiiin...
Tapi semahal sebagus semeriah apapun kejutan dan kado yang mampu kupersiapkan untuk hadiah ulang tahun di setiap 1 Januari, semuanya percuma. Percuma saja kalau Ayah tidak bisa menerimanya. Sederas apapun harapan atasmu kuteriakkan tidak akan serta merta sampai untuk Ayah dengar. Kecuali Allah Mengizinkan.
Hari ini sama seperti 1 Januari tahun-tahun sebelumya, aku hanya bisa datang bersama mereka yang juga mencintai, kehilangan, dan rindu padamu seperti aku. Kami bersenang hati, membawakanmu bunga-bunga. Kami melepas rindu, membebaskan duka dan airmata, menerbangkan doa di depan nisan.
Untukmu.
Kepadamu yang 15 tahun lalu pergi mendahului kami. Karena Allah Memanggilmu pulang ke surga-Nya yang pasti jauh lebih indah daripada di sini.
Dan seperti yang Ayah bisa lihat (pasti bisa, kan?) kami berhasil tiba di 1 Januari ke sekian ini dengan baik. Berkat Ayah kami belajar merelakan. Belajar menerima. Belajar bersabar. Belajar untuk lebih tabah, dan selalu optimis.
Kiamat kecil kami adalah kepergianmu, maka apa lagi yang bisa lebih menjatuhkan dari itu?
365 hari ke depan untuk semakin dekat dengan waktu kita berkumpul bersama. Suatu saat nanti, pasti.
#30haribercerita #30hbc19 #30hbc1901 #writingchallenge #ricchanmenulis
Langganan:
Postingan (Atom)