Kemarin mungkin adalah satu dari sedikit percakapan panjangku denganmu. Tidak, aku sama sekali tidak (ingin) mengeluhkan situasi yang sedang kita jalani (kembali) sekarang. Bahwa sebatas percakapan Whatsapp, aku seharusnya bisa lebih menghargai dua buah centang hijau -yang tidak selalu segera muncul setelah aku membalas pesanmu- daripada mengutuk koneksi internet yang lebih banyak tersendatnya. Aku menghargai keinginanmu menyampaikan suatu maksud padaku, sekalipun itu adalah kondisi di mana kamu memang sedang membutuhkan aku.
Kamu pun pasti tahu, aku bukan jiwa yang benar-benar putih, sungguh-sungguh lurus, sekalipun aku (memang) sudah berusaha untuk itu. Bahwa aku berusaha tegar, mencoba bersabar dan sok-sokan pengertian terhadap situasi kita, tapi kenyataan bahwa terbentangnya jarak dan sulitnya komunikasi normal kita membuatku agaknya terbebani negative thinking. Sungguh, aku tidak bermaksud untuk sama sekali tidak menahan diri.
Apa kamu tahu sebanyak apa aku menyayangimu? Sebanyak apa aku menimbun cinta dan rinduku di kolong tempat tidur? Agar tak seorangpun tahu dan mengambilnya dariku. Berusaha melenyapkannya demi melindungiku yang masih ingin menunggumu tak peduli berapa lama waktu yang kupertaruhkan pada akhirnya.
Pada Senin ini aku sekali lagi memercayakan harapan dan masa depanku. Pada satu Senin yang terbit di suatu bulan sebelas, hampir dua puluh enam tahun silam. Ya, tentu itu kamu, lelakiku yang terlahir di hari yang sama dengan hari lahir Rasulullah. Kamu sendirilah yang memberitahuku, mana mungkin aku lupa?
Sejak itu aku berhenti menganaktirikan Senin dibandingkan dengan hari lain, dan berbalik mencintainya. Senin adalah hari yang hebat sehingga dijadikan pembuka awal minggu. Senin demikian dihormati oleh Rasul, karena Beliau dilahirkan pada hari itu, sama sepertimu. Tirakat puasa Senin-Kamismu, teruntuk siapa lagi jika bukan dirimu? ^^
Mungkin senin memang selalu terbit di setiap awal minggu. Ada empat sampai lima senin setiap bulannya. Tapi kamu tahu, seninku hanya satu: senin yang terbit di suatu bulan sebelas, hampir dua puluh enam tahun silam. Kamu, Sayang... :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
It's my pleasure to know that you've left a comment here. Arigatou~~ *^_^*