Dua-ribu-empat-belas.
Bilangan lanjutan setelah dua-ribu-tiga-belas, eh?
Dengan tiga buah angka genap dan menyisakan ‘satu’ sebagai ganjil tunggal. ;)
Hehehe… Iya, maaf. Aku tahu kita sedang membicarakan tentang apa. Kalender Masehi telah berulang tahun yang ke-2014 tahun ini, ditandai dengan pergantian tanggal dari 31 Desember menjadi 1 Januari.
Hehehe… Iya, maaf. Aku tahu kita sedang membicarakan tentang apa. Kalender Masehi telah berulang tahun yang ke-2014 tahun ini, ditandai dengan pergantian tanggal dari 31 Desember menjadi 1 Januari.
Lalu? Bukankah memang hari dan tanggal selalu berganti-ganti?
Lantas seistimewa apa 1 Januari ini?
Tahun baru.
Masa 365 hari berakhir dan tahun baru hadir. Yang baru
menyempurnakan dan memperbaharui yang lalu. Benarkah? Bukannya kita hanya
senang menambah tumpukan daftar resolusi tahunan kita, namun enggan
mewujudkannya? Berapa poin dari sekian banyak harapan tahun lalu yang sudah berhasil
kau lakukan? Lebih banyak mana jika dibandingkan dengan poin-poin yang masih
belum terbubuhi tanda centang? Hihihihi...
Aku tahu. Aku mungkin sama malasnya denganmu, dengan
kalian. Bahkan mungkin jauh lebih pemalas. Sangat yakin kupilih buku agenda baru
terbaik dan mulai menuliskan target-target serta berbagai harapan yang ingin
kurealisasikan dalam kurun waktu setahun mendatang. Memilih dan memilah sifat
serta kepribadian baik-burukku. Percaya bisa mengurangi bahkan menghilangkan
kebiasaan jelek, lalu memperbanyak dan memaksimalkan kebaikan dan kemampuan
demi perkembangan diri menjadi aku
versi terbaikku. Aku berusaha tumbuh. Setiap tahun aku haruslah berkembang
semakin baik dan menjadi lebih baik lagi.
Terdengar hebat? Baiklah, kuakui. Aku ingin sekali
bisa begitu. Wacana itu. Hanya akan tetap jadi poin-poin dalam agenda yang
segera kadaluarsa. Aku ingin. Tapi sangat ingin saja tidak akan cukup bagi mimpi
untuk bisa menjadi nyata. Terbang ke mana niatku semula? Tekadku? Kemauanku?
Bagiku ‘tahun baru’ adalah interval mulai dari 31 Desember
lepas pukul 10 malam hingga 1 Januari dini hari menjelang tidur. Malam hari
kita bisa sangat berdebar-debar bersemangat menanti dimulainya pesta kembang-api
sambil menikmati tontonan dan hiburan di layar kaca. Beberapa memilih berjalan-jalan
keliling kota hingga larut dalam gegap gempita ramai manusia. Namun begitu
semua usai dan waktu istirahat tiba, lelah akan mengambil alih. Dan bersamaan
dengan naiknya mentari, segalanya segera kembali biasa-biasa saja seperti
semula. Seperti pagi-pagi yang sebelumnya. Hanya tinggal jejak pesta dan daftar
resolusi baru yang panjangnya menggila, minta dibuat nyata segera.
Jadi, mulai memperbaharui daftar resolusimu atau hanya
ingin menambahkan beberapa poin umum lagi di bawah tulisan-tulisan lama? Yang
manapun semoga tidak sia-sia. Kembang-api di langit malam tahun baru boleh jadi
sebuah sihir klasik yang melenakan. Sejenak. Sebentar, sementara saja. Cukup
nikmati dan rekam dalam hati.
Setiap tahun kita menyaksikannya terbang membelah
angkasa. Kau memperhatikan? Siapa saja yang menerbangkan kembang-api
kembang-api itu ke langit? Ada berapa banyaknya? Warna-warna apa saja yang
kaulihat? Adakah warna kesukaanmu? Apakah kembang api warna merah yang paling
indah letupannya?
Beberapa pihak mengatur pesta kembang api sedemikian rupa,
setiap tahunnya menjadi semakin menarik. Jika kembang-api kembang-api tersebut
bisa semakin rupawan, bagaimana dengan kita? Kita begini-begini saja, itu-itu
saja. Tidakkah malu? Tidak inginkah menyamai indahnya kembang-api kembang-api
itu? Ayolah kita berusaha bersama, sedikit demi sedikit kita pasti akan bisa.
Selamat tahun baru dari hari ke-duapuluh di Januari.
^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
It's my pleasure to know that you've left a comment here. Arigatou~~ *^_^*