Kamu yang beberapa hari ini tak bisa kutemui,
tidakkah ada alasan bagimu untuk sengaja menemuiku? Oleh sebabmu sendiri, bukan karena aku yang terlalu merindukan hadirmu.
Kamu yang sedikit sekali memberi kabar,
tidakkah ingin tahu kabar hari-hariku? Kabar hatiku selama tak bisa bersamamu?
Seperti cinta ini hanya milikku seorang. Seperti rindu ini tak pernah sekalipun singgah di hatimu, apalagi tinggal dan bersarang.
Ada apa dengan panggilan teleponku yang kamu bilang selalu salah waktu? Aku bahkan berusaha tidak peduli saat menyadari bahwa yang kamu teriaki dari seberang sana ternyata diriku.
Ya, aku.
Aku yang berusaha mendiamkan gelisahku karena rindu. Hanya karena aku sudah terlampau rindu serindunya dan ingin sekali bertemu denganmu. Setidaknya di libur akhir pekan ini.
Tapi, sudahlah. Aku bisa melakukan sesuatu terhadap hatiku, meski tanpa pedulimu. Kukatakan semua baik-baik saja. Akan kuatasi rindu ini sendiri. Kamu urusi saja hatimu yang sedang menolak kuurus.
Itulah kamu. Muncul dengan seraut wajah masam. Kali ini tanpa senyuman. Tanpa candaan. Tanpa pelukan. Tanpa kecup yang kurindukan.
Maka kini biarlah hanya aku yang tersenyum padamu. Tertawa pada usahamu mencipta canda yang meski tidak lucu, adalah yang terbaik yang bisa kamu beri saat ini. Biar aku saja yang memelukmu. Berbagi hangat sembari menjejakkan bibirku pada bibir keringmu yang beraroma mint berpadu wangi tembakau.
Coba diam saja, dan aku akan tetap di situ selamanya.
Terima kasih sudah datang, Sayang...
Rumahku, 20 Februari 2015,
Pecandumu
Surat Ke-22 #30HariMenulisSuratCinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
It's my pleasure to know that you've left a comment here. Arigatou~~ *^_^*