SECRET ADMIRER
Cahya-oppa
datang lagi. Dia tidak mau jadi L lagi, setelah kemarin Sari meneriakinya heboh
demikian rupa. Tapi malam ini dia masih manis, dan memang selalu seperti itu.
Di mata hati Sari, Cahya memang selalu sempurna.
Malam
ini hangat. Akan sangat sayang jika mereka langsung pulang. “Emang bisa ketemu
Oppa itu gampang !” Sari pasti akan merajuk jika Cahya menolak menemani lebih
lama. Cahya yang masih dengan flu dan sariawannya, tapi mengiyakan ajakan Sari
untuk mampir ke Green Cafe sejenak.
Beriringan
mereka memasuki tempat minum yang juga lokasi nongkrong berbagai kalangan itu. Cahya
mengedarkan pandangannya sejenak. Suasana cafe sedang cukup ramai. “Mau duduk
di mana, Yang ?” Tanyanya pada Sari yang masih memindai beberapa meja kosong
tersisa. Mencari posisi paling pewe.
“Di
meja situ aja, Oppa.” Jawabnya menunjuk meja untuk dua orang yang dekat dengan
pintu. Cahya mengangguk. Berjalan santai meraih salah satu kursi lalu
mendudukkan tubuhnya di sana. Sari menarik kursi yang lain, namun tiba-tiba
teringat mereka belum memesan minuman.
“Akhirnya
kita ke sini juga, ya.” Sari tersenyum saat duduk menghadapi wajah Cahya yang
berjarak tak sampai semeter di depannya. Serasa gadis itu bisa memetakan setiap
lekuk mahakarya Tuhan pada wajah kekasihnya itu. Sudah dipesannya jus nangka
untuk Cahya, jus stoberi bagiannya, dan seporsi kentang goreng kress yang ceria.
Ingatan
Sari melayang ke beberapa waktu silam. Ketika dia dan Cahya berselisih hebat,
mereka pernah memilih untuk ‘membahas rapat’ mereka di tempat itu. Di beranda
luar cafe tepatnya. Tapi itu sudah berlalu. Waktu dan situasinya sudah jauh
berbeda. Kini mereka berdua tengah berbahagia.
Sari
mendesah jengah saat yukime memunculkan beberapa sms dari penggemar rahasia
yang tidak diharapkan. Tipe cowok galau yang meski sudah jelas-jelas tidak
pernah ditanggapi tapi masih saja memburunya. Tanpa minat ia sudah akan
menghapus langsung sms-sms naas itu namun tiba-tiba Cahya merebut yukime begitu
saja.
“Sms
dari siapa ?” Tanya Cahya sambil mengecek inbox satu per satu.
Sari
yakin ia memutar bola matanya barusan. “Penggemar alay. Sudah jelas-jelas
dicuekin masih aja ngganggu. Oppa liat aja sms-smsnya. ” Tukasnya kesal.
“Eh,
dia ngajakin Sayang ketemuan loh.” Cahya terkikik geli. Menatap wajah Sari yang
menampilkan ekspresi muak pada yang sedang mereka bicarakan. “Nih, Sayang balas
gih.”
“Males
ahh, Oppa.” Sari langsung menolak. “Ngapain juga diladenin. Oppa mau aku
ketemuan sama orang kayak gitu ?”
Cahya
masih dengan sisa-sisa tawanya. “Suruh aja dia nyamperin Sayang ke sini. Aku
pengen tau manusianya kayak gimana.” Oh oh, Sari segera mengenali, ‘Evil Cahya’
mode: ON. “Cepet dibalas. Kalau dia emang laki, suruh ketemu ke sini.”
“Andwae
Oppa... Shirreo...” Sari merajuk. Oppa-nya ini juga ada-ada saja. Masa’ mau
memaksanya ketemuan dengan makhluk asing yang ia tidak minat sama sekali, demi
iseng ? Sungguh tidak masuk akal.
“Udah,
balas aja kok. Kalau nggak gini dia pasti bakal gangguin Sayang terus.” Cahya
bersikukuh tak mau kalah. “Emang Sayang mau dismsin terus ?” Senyumnya
mengembang saat Sari menggeleng pasrah. “Nah, gitu pinter. Sekarang panggil dia
ke sini. Biar kapok dia, sudah berani gangguin pacar orang.”
Mau
tak mau Sari mengikuti saja alur permainan Cahya yang tampak menikmati setiap
kemajuan dari sms-sms yang diterima Sari kemudian. Tanpa sadar Sari tersenyum.
Ditemukannya lagi satu nilai lebih dari kekasihnya itu. Perhatian tidak
langsung yang diberikan Cahya padanya. Kelembutan hati di balik tutur katanya
yang kadang sembarangan, namun memesona.
Sembari
menunggu si penggemar-korban-iseng itu muncul keduanya segera terlibat dalam
percakapan ringan yang intim. Ditemani gelas-gelas tinggi jus masing-masing, Cahya
dan Sari membicarakan apa saja. Mereka mengobrol seru dan tertawa. Saling
mendengarkan saat yang lain bicara. Malam yang membuat Sari merasa begitu bahagia,
lebih-lebih karena bisa bersama Cahya.
Namun
tak pelak, Cahya masih berambisi meneruskan keisengannya. Memonitori yukime dan
meminta Sari cepat membalas jika ada sms baru masuk dari si penggemar. Tapi
sayang, beberapa saat berlalu tidak ada sms lagi. Sari mendapati yukimenya yang
ganti merajuk. “Sial.”
Sigap
gadis itu merestart ponsel tunggalnya. Berharap tidak ada masalah, sementara
Cahya yang tak mengerti cara kerja yukime hanya bisa memerhatikan dengan tak
sabar. “Hapenya Sayang sering gitu ya ?” Selorohnya membuat Sari menatapnya sok
galak. “Sini sini, aku bantu betulin case-nya.”
Tak
yakin Sari mengangsurkan yukime pada Cahya. Namun dalam sekali sentakan ujung
tepi silicon case ponsel itu langsung sobek. Cahya buru-buru meletakkan benda
malang itu begitu saja sambil nyengir bersalah.
“Yak
! Oppa ! Malah sobek...” Sari mengamuk. “Yaaah... Harus ganti dong nih.” Dengan
teliti dikembalikannya case itu seperti semula walau bekas sobekannya jelas
terlihat.
“Maaf
ya, Sayang. Habisnya...”
“Lho
!?” Pekik Sari mengejutkan Cahya. “Sms-smsku nggak ada semua, Oppa... Gimana
nih ?” Buru-buru Sari mengecek ulang data-data dalam ponselnya. “Iyaa... Smsku
hilang semuaa...”
Kening
Cahya berkerut. “Kok bisa ?”
“Gara-gara
Oppa ini kan. Smsku jadi hilang. Sms-sms dari Oppa hilang semua. Tanggung jawab
! Kirimin ulang semua smsnya.”
Cahya
terkekeh. “Mana bisa ? Aku nggak pernah nyimpan sms kok. Ya nanti kan aku sms Sayang
lagi.” Sari akan membuka mulut untuk protes namun jari telunjuk Cahya sudah
menyentuh bibirya. “Biar aja sms-sms itu hilang. Yang penting aku nggak hilang
dari Sayang, kan ?”
Cesss...
Dan Sari merasakan amarahnya menguap seketika. Berganti dengan senyum salah
tingkah untuk menutupi rona memerah wajahnya atas apa yang baru saja diperbuat
oleh Cahya.
“Hemm...
Sudah jam 9 ini, penggemarmu nggak jadi datang ya ? Ahh, dasar pengecut.” Ujar
Cahya sembari menyeruput sisa jus terakhirnya. “Ayo cepat dihabisin, Yang. Aku
antar Sayang pulang.”
Sari mengangguk. Senang menerima uluran tangan Cahya yang menariknya
berdiri. Berdua mereka berlalu meninggalkan cafe itu. Meninggalkan si penggemar
rahasia yang rupanya sudah diam-diam menunggu. Biar saja, jangan mengganggu. Biar
saja tetap seperti itu. Selalu...
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
It's my pleasure to know that you've left a comment here. Arigatou~~ *^_^*