Kuharap surat ini tiba di tanganmu pada Hari Jumat. Setelah lolos dari basah hujan seharian. Selepas bergumul dengan banyak surat lain yang minta cepat diantar.
Kau, apa kabar Jumat ini? Semoga Jumat selalu menjadi hari baikmu seperti yang sudah-sudah. Aku? Seperti yang kau tahu, aku tidak pernah menyukai Hari Jumat. Hari yang terlalu pendek dengan berbagai permasalahan yang terlalu rumit, sementara akhir pekan menyenangkan sudah datang membayang. Menyebalkan sekali, bukan? Paling tidak masalah-masalah tersebut sebaiknya memilih hari lain untuk ribut. Apa tidak puas dengan Senin sampai Kamis saja?
Ah, aku tidak menulis surat untuk membagi kesialanku hari ini denganmu. Hanya...tiba-tiba terpikir, jika saja itu dirimu yang ada di posisiku dan mengalami hal-hal tak menyenangkan seperti yang kualami, bagaimana kira-kira reaksimu? Apa yang akan kau lakukan untuk menyelamatkan hatimu?
Tersenyum. Ya, sudah pasti kau akan tersenyum--kemudian menjadi tawa--sambil menggaruk-garuk kepalamu--yang kuyakin tidak gatal--lalu meminta maaf. Benar. Kau adalah seseorang yang akan minta maaf atas apapun pada siapapun demi menenangkan dan menyenangkan mereka. 'Mereka' itu juga termasuk aku.
Andai kau tahu betapa ingin menjadi seperti dirimu. Yang seperti tak pernah repot membenci. Yang selalu terlihat nyaman sebagai diri sendiri.
Sangat kunantikan kapan aku dan Jumat akan bisa berdamai. Sampai saat itu tiba, tolong tetaplah di sini dan menjadi pembaik Jumatku.
Jumat hujan, 5 Februari 2016
Pembenci Jumat
#30HariMenulisSuratCinta Hari Ke-6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
It's my pleasure to know that you've left a comment here. Arigatou~~ *^_^*