Jumat, 11 September 2015

Kampus Fiksi Episode 13

#KampusFiksi13
31 Agustus 2015. Rasanya baru kemarin, namun ternyata sudah dua minggu berlalu. Masih segar dalam ingatan, Jumat jelang siang Kereta Logawa tiba di Mojokerto sesuai jadwal--singgah tak lama--lalu segera membawaku melintasi beberapa kota untuk sampai di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Untuk apa? Tentu demi memenuhi undangan kehormatan dari Kampus Fiksi. Kenapa? Ya karena aku ingin jadi penulis!

Bermula April 2014 silam, pada event #KampusFiksiRoadShow Malang, kubulatkan tekad untuk mengirim salah satu cerpen terbaikku dalam rangka menembus seleksi Kampus Fiksi Reguler yang diadakan di Jogja.

Penantianku nyata berbuah manis tatkala judul cerpen "Dia, Bukan Aku" mengantarkan nama Riza Chanifa Auliya Sari lolos seleksi Kampus Fiksi dan terdaftar di angkatan tigabelas. Sesuatu yang semula di luar ekspektasi tiba-tiba terjadi. Mengingat betapa ketat dan sulitnya menembus seleksi, pun konon antrian angkatan memakan waktu tunggu yang relatif lama.

Siapa bilang 13 itu angka sial? Buatku 13 adalah simbol keberuntungan. 13 yang berisi 24 peserta dari berbagai penjuru Indonesia dengan keunikan yang masing-masing bawa. Teman? Bukan, kita keluarga.
Thirteen!
Keluarga yang begitu ramah menyambut kedatangan layaknya kepulangan. Para senior KF dan kru Diva Press membantu mengurus seluruh keperluan peserta, seperti kami segerombol adik kecil yang wajib dijaga baik-baik. Kecurigaanku gedung karantina sengaja diberi sentuhan sihir hingga terasa nyaman bagai rumah sendiri. (●´∀`●)

with them❤
Menempuh perjalanan di atas rel selama kurang lebih 5 jam, hampir tidak percaya kakiku akhirnya menjejak Jogja. Beruntung salah seorang peserta asal Jombang --Mbak Rialita-- rupanya menaiki kereta yang sama. Kendaraan jemputan pun tidak usah ditunggu. Mas Agus sudah siap menjemput di pintu keluar stasiun, memandu kami menuju gedung Kampus Fiksi.

Apa, ya? Ada semacam deja vu bahwa meski itu adalah kali pertamaku ke sana, namun semua terasa sangat akrab dan tidak asing. Singkatnya perjalanan itu tidak jauh berbeda dengan yang kubayangkan. Mungkin jiwaku sudah datang lebih dulu daripada ragaku?

Bersama Mbak Ria menjadi peserta ketiga dan keempat setelah Mbak Maulida dan Mbak Husnul yang sudah duluan sampai, terbang dari pulau masing-masing. Dalam sekejap saja peserta-peserta lain mulai berdatangan. Berjabat tangan dan berkenalan sembari menyebut daerah asal. Menambah riuh suasana karantina yang memang sudah hangat.

Jumat adalah prolog yang luar biasa, dan rangkaian kegiatan kami pada Sabtu dan Minggu esoknya pastilah lebih menakjubkan lagi.
ヽ(*≧ω≦)ノ


Next: Ter-#KampusFiksi13

3 komentar:

It's my pleasure to know that you've left a comment here. Arigatou~~ *^_^*