Senin, 30 Juni 2014

The Edge of June

"Komunikasi itu pondasi dari sebuah hubungan jadi berkomunikasi sebaik mungkin dengan pasangan terutama di saat-saat sulit." ~ Oppachagi, 12:52 PM
Aku terbangun dan menemukan Chagiya mengupdate status BBM beberapa menit sebelumnya. Ehehehehe... What do you think about it? So sweet, eh? Right after we got a lil 'crush' a couple days ago. :D

Dia juga sempat menanyakan soal status BBM-ku tempo hari yang menyebut masalah kesehatanku. Yup! Bukankah aku sempat demam pas dia mendiamkanku beberapa hari lalu? So, he worried about me, didn't he? Did he feel sorry for being rude last Friday? Ahh, you know I've always forgiven you, Chagi. :*

Begitu berbaikan sejak masalah kemarin, percakapan kami berangsur-angsur kembali menyenangkan. Terasa lebih menyenangkan bahkan. Tapi ya, perbedaan 'jam hidup' kami untuk sementara memang nggak bisa diapa-apakan. Kesepian memang ada, aku hampir selalu merasa begitu ketika sudah cukup lama nggak mengobrol dengannya. :(
"Pasangan adalah teman/kawan yang statusnya sepadan dengan kita. Tidak seharusnya ada satu pihak yang merasa terbebani, pun terkekang."
Saling menghormati, percaya, dan menjaga komunikasi. Lalu sabaaaarr~~ >_< Yosh!

Minggu, 29 Juni 2014

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa, Chagiya!

Marhaban Yaa Ramadhan...
Rasanya luar biasa bisa menemui bulan suci ini lagi, apalagi kali ini dalam suasana yang sama sekali berbeda dari Ramadhan tahun lalu. Insyaallah, puasa sehingga sebulan ke depan akan jadi lebih kusyu', lebih ramai, lebih membahagiakan. Tahu kan, alasannya? ;)

Sebenarnya sudah dari kemarin, aku dan keluarga, juga beberapa muslim-muslimin berpaham Muhammadiyah melaksanakan puasa. Kami sudah mulai sholat tarawih sejak hari Jumat, 27 Juni 2014 lahu, serta sahur dan berpuasa pada keesokan harinya. Ini diputuskan berdasarkan hisab. Menurut kami, ketika hilal sudah muncul maka dipastikan Ramadhan telah tiba. Sedangkan pemerintah Indonesia melalui sidang isbat mengumumkan bahwa akan memulai puasa Ramadhan sehari setelah kami.

Tidak ada yang benar dan salah di sini. Sepertinya masyarakat sudah mulai bisa menerima perbedaan sudut pandang dan pendapat dengan jauh lebih baik. Ini melegakan. Daripada membuang waktu dan energi percuma hanya untuk menemukan siapa paling benar, lebih baik menyegerakan ibadah dan pembaikan diri sendiri, kan? Yang sudah jelas salah itu yang muslim, mengaku Islam, tapi tidak melaksanakan puasa! *sok iyes*

Demikian aku dan Chagiya. Berbeda denganku yang sudah dapat dua hari ini, Chagi baru memulai puasa pertamanya. Dia bangun dan makan sahur lebih dulu. *^_^* See? Semalam dia sudah jauh lebih baik, dan aku sangat bersyukur karenanya.

Tulisan ini diposting saat aku piket kantor. *laugh* Ya memang pas di kantor dan selama jam kerja saja aku memungkinkan untuk nge-blogging, kan? xD Lumayan. Mungkin kalau menghabiskan waktu di rumah terus, cepat atau lambat aku pasti bisa menyamai Yuu-chan. *amit-amit* Sholat-nonton-tidur-sholat-nonton-tidur. Lingkaran setan.

Langit sedang mendung sementara aku mengetik. Hari ini lumayan. Nggak terlalu sepi, dan nggak terlalu ramai juga. Bisa disambi online ini... xP *keplak* But, seriously! Udaranya pun sejuk-sejuk memanja. Sangat cocok untuk dipakai bermalas-malasan, doing nothing. I wonder if he's still on bed right now. :D

Teruntuk Chagiya-ku yang sedang berpuasa, semangat ya, Sayang! :*

Sabtu, 28 Juni 2014

Have You Been Feeling Fine?

Errr~ sehari? Atau dua hari?

Chagiya itu ya, kuat banget untuk urusan diam-diaman. Aku yang nggak kuat. Siapa sih, yang tahan lama-lama dicuekin sama pasangan? :(

Tapi Chagiya-ku itu lucu. Dia masih mau balas BBM kok, meski cuma sedikit-sedikit. Singkat-Singkat.
"Jangan lupa makan, ya..." | "Ya"
"Kamu suda makan kah?" | "Blm"
"Oyasumii~ Love you..." | "Too"
Istimewah kok, pokoknya! >_< As long as he's fine, sih. Tapi tetap saja. Stalking via PM dengan konversasi langsung di chat BBM jelas-jelas berbeda. Intensitas dan intiminitas(?)-nya pasti akan jauh lebih baik kalau melalui chatting. Aku bisa tahu kabarnya langsung dari dia sendiri, bukan lagi berdasarkan spekulasi. Lagian ya, pasangan sendiri kok di-stalk. *smirk*

Rencananya per hari ini, dalam rangka memasuki Bulan Ramadhan kantor off sejam lebih awal. Makin banyak nganggurnya. :( Dunno what to do. Apa aku ke tempat Ay-chan saja? Ya, berhubung ini malam minggu, dan selagi belum bisa memastikan Chagiya akan membaik kapan. It's better for me not to disturb him for awhile, I guess.

***

Jam 08:30 PM, sepulang tarawih.

Sore tadi, Ao-chan menepati janjinya, setelah berhari-hari sebelumnya mbulet. Dia menjemput di kantor beberapa menit lewat dari jam tiga sore. Kami sepakat pergi main ke rumah Ay-chan. Sudah lama juga aku nggak ke sana. Hitung-hitung penghiburan, lah. Beruntung dua sahabatku mau meluangkan waktunya untuk menuruti keegoisanku. *hug*

Dari kantor kami mampir sebentar ke tempat ayah Nita, temanku yang buka lapak baju online. Siang tadi aku dikabari kalau salah satu dress pesananku datang. Benar-benar the-power-of-sekalian-jalan. Dari Jalan Majapahit kami langsung putar balik lewat Joko Sambang menuju barat, mengambil rute paling efektif ke arah Pulo.

Sudah hafal mati situasi lingkungan rumah bak istana kediaman keluarga Ay-chan. Berbeda dengan Ao-chan yang tampak agak canggung, aku terbiasa cuek-beretika ketika berada di rumah Ayuchan-hime. ;) Pas awal-awal dulu memang kikuk. Memasuki tempat yang sama sekali lain dari lingkunganku. Bukan rahasia lagi kalau Ay-chan itu tuan putri, dan kami yang (mengaku) sahabat-sahabatnya ini cuma rakyat jelata. Kepedean masuk-masuk istana dan sok akrab dengan sang putri.

Jadi ingat, ada seorang teman adikku. Dia bilang rumahnya daerah Pulo, di jalan rayanya, dekat musholah. Sewaktu kukatakan aku punya teman yang tinggal di daerah situ, dia bertanya, siapa. Karena menurutnya dia kenal hampir seluruh penduduk di sana.
"Marinda Ayu," jawabku. "Biasanya dipanggil Ayu,"
Namanya asing. Si teman adik tadi nggak merasa kenal.
"Masa?" aku nggak percaya. Ancer-ancer rumah mereka sama kok. "Rumahnya depan pos ketiga warna pink, sampingnya musholah!" aku ngotot.
Cewek itu bingung. "Sebelah musholah kan, rumah yang besar itu, kan?" ia bertanya nyaris menjerit.
Aku mengangguk heboh. "Iya, itu benar! Rumah besar itu!" Memang, kok. Istana itu luar biasa besar lagi luas untuk sekadar disebut sebagai 'rumah'.
Yang lucu adalah ekspresi si cewek ketika aku terus meyakinkan bahwa dia nggak salah sangka. Bahwa putri sulung empunya rumah besar itu memang temanku, sahabatku. Dan aku bukannya cuma ngaku-ngaku saja. (ngapain juga! -_-) Ya, masuk akal sih, kalau dia setengah percaya. 'Ay-chan yang seperti itu' berteman baik dengan orang 'seperti aku ini'. Hahahaha... Begitu ya? Dalam pandangan orang lain bisa jadi kami sangat kontras. :P

Sejak Ay-chan membantu usaha orang tuanya dan sempat punya kantor di bagian belakang rumah (jadi kalau mau bertemu lebih privat, sebaiknya langsung masuk lewat jalan belakang yang terhubung langsung dengan 'kantor'nya Ay-chan), aku selalu otomatis membelokkan motor melewati sebuah gang kecil menuju jalan belakang. Ao-chan saja yang baru tahu hal ini.

Kami disambut mbak-mbak yang sedang mengepel lantai. Masih agak basah. Agak sungkan (karena ruangan baru saja dibersihkan) kami masuk dan segera mendudukkan diri di sofa terdekat. Kami berada di sebuah ruangan yang dulunya kantor Ay-chan. Tampak lebih luas karena hampir tidak banyak perabot yang terlihat. Jauh berbeda dengan saat aku kemari pertama kali. Penuh dengan meja kantor dan komputer. Hanya tersisa sebuah springbed berukuran sedang di pojok ruangan. Sisi yang berlawanan dari tempat kami. Hampir tidak terlihat.

Setelah sebelumnya menyilakan kami masuk, mbak-mbak tadi lantas memanggilkan Ay-chan yang segera muncul dari dalam rumah induk. (kyaa~ "ru-mah-in-duk" xD) Ia mengajak kami untuk pindah ke ruang utama saja.

Menggelarkan karpet, Ay-chan membiarkanku merebahkan diri dan berguling-guling, sementara Ao-chan masih memindai seluruh isi rumah dengan kekaguman maksimal. Aku juga, tentu saja. Tapi aku sudah jauh lebih terbiasa. TV berlangganan sedang memutarkan film kartun berjudul 'Hotel Transylvania' tapi aku lebih tertarik dengan obrolan kami bertiga. Setelah mbak-mbak tadi menyelesaikan tugasnya, rupanya Ay-chan sendirian.

Topik-topik seputar dunia cewek, romansa, curhat-curhat pribadi dan beberapa tema random lain menyita waktu kami. Aku sangat senang, juga bersyukur. Aku memiliki teman-teman seperti Ay-chan dan Ao-chan yang selalu menghargai quality time kami, meski kami memang nggak sering bertemu.

Aku tahu mereka berdua sedang membereskan skripsinya dan sebentar lagi akan wisuda. Aku ikut gembira mendengarnya. Tentang Ao-chan yang sudah mulai mencoba lebih terbuka dan memperbanyak pergaulan, alhamdulillah. Tentang keduanya yang galau mencari pekerjaan selepas lulus, aku hanya tertawa. Bahwa mereka sudah dibekali wejangan "hidup bermasyarakat jauh lebih kejam daripada bangku sekolah atau kuliah". Soal itu sih, aku yang nggak kuliah juga bisa tahu.

Baiklah, di antara kami bertiga barangkali aku saja yang tersangkut kasus cinta-cintaan (pinjam istilah Ay-chan). An-chan dan Az-chan sudah menikah dan melahirkan buah hati mereka dengan suami masing-masing. Then Qi-chan, she has a boyfriend already. While these two girl have no clue about romance. Masih sangat suci. Hati dan fisik mereka belum pernah mengenal pacaran. Aku? Hahahaha... You know what kind of colour I am.

Jadilah, aku membuka sesi konsultasi tentang itu. Ya karena aku lebih berpengalaman(?) dari mereka tentu saja. Tanpa maksud menggurui atau sok tahu, bahkan mempengaruhi mereka untuk masuk dalam dunia yang sama sepertiku. Aku nggak pernah mengklaim diriku paling baik sendiri. No way! Tapi paling nggak mereka akan sedikit punya wawasan tentang pendapat awam di luar sana, yang kadang mengesampingkan moral, etika, dan bahkan agama. Bahwa bukan hanya masalah pekerjaan saja yang butuh struggle, dalam usaha mendapatkan cinta pun sama.

Tanpa terasa menjelang maghrib. Ao-chan dan aku hendak berbuka untuk kali pertama, sedangkan Ay-chan baru akan melaksanakan sholat tarawih isya' ini. Kami sepakat untuk ngabuburit di Hatchiku, dua sahabatku ini sama sekali belum pernah menjajal makanan jepang di sana.

Obrolan yang sempat terhenti kembali dilanjutkan. Masih seputar topik yang sama, itu kan bahasan paling menarik. ;) Aku pun mulai membuka cerita tentang hubunganku dengan Chagiya yang bersambung. Menceritakan hal tersebut pada mereka sama seperti bercerita pada diri sendiri. Rupanya banyak sekali yang sudah kulalui di belakang. Bersama Chagi, maupun dengan yang sebelum ia.

Sushi-sushi kami datang sementara Ay-chan memesan Beef Teriyaki. Senin lalu aku sudah mencoba beberapa jenis sushi dan penasaran ingin mencoba menu sushi lainnya. Kupesan Cappuccino Float untuk minumanku, sedangkan dua gadis itu kompak memesan Chocolate Float.  Kami berbuka sambil meneruskan obrolan yang nyaris nggak bisa dihentikan oleh apapun, selain fakta bahwa kami belum sholat maghrib. *omo* >_<

Berboncengan Ay-chan dan aku kembali ke rumah Pulo. Ao-chan pamit. Memisahkan diri untuk langsung pulang karena jarak tempuh rumahnyalah yang paling jauh. Kami menyilakannya dan berpisah di persimpangan. Apa boleh buat, keterbatasan jam main.

Sesampainya di rumah Ay-chan, ternyata orangtuanya sudah datang. Sungkan sekaliii... Selalu saja ada perasaan bahwa aku sudah mengajari Ay-chan sesuatu yang negatif dan memengaruhinya yang nggak-nggak. Akhirnya seusai sholat maghrib, karena sudah nggak ada lagi yang akan kami kerjakan, aku pamit pulang.

Sudah kuduga. Yang namanya morfin, dopingan, dan sebagainya cuma sementara yang punya batasan waktu. I've had my quality time with besties, tapi setelah semua berakhir dan kami harus pulang (memburu sholat tarawih di masjid), segera saja aku kepikiran tentang Chagiya sepanjang perjalanan. Ya, setengah dari niatanku main sore ini memang dalam rangka menghibur hatiku agar nggak sedih berkepanjangan.

Aku ingat mengiriminya sebuah foto sunset yang kuambil sendiri. Tapi sayang, BBM pending. Ada kekhawatiran foto tersebut nggak akan deliv pada akhirnya. Chagiya masih pasif. Aku takut mengganggunya tapi sudah rindu benar. Sesampainya di rumah pun, belum ada perubahan status. Apa boleh buat, aku cuma bisa mengirimkan teks "met tarawih" saja padanya, dan rupanya (surprised!) dibalas.

Tahu dia juga sedang berusaha menata hatinya, aku menahan diri untuk nggak memaksanya ngobrol lebih lama. Hanya sedikit-sedikit, tapi dia sudah mau melakukan percakapan rutin kami (hampir) seperti semula. Betapa melegakan... *nggeblak*

Alhamdulillah, Gusti... Semoga ini merupakan satu langkah bagi kami untuk saling mendewasakan diri. Berselisih tidak untuk menjadikan jauh, namun justru sebagi titik pendekat. Aamiin...

Jumat, 27 Juni 2014

The First Yellow Card of 2nd Session

Well, Jumat. Aku selalu mencintaimu. Aku adalah kamu, Jumat itu sendiri. Tidak bisakah kita hentikan ini, bukan saja untuk saat ini, tapi demi ketentraman bersama seterusnya?
Berhenti menghujat Jumat. Aku mengingatkan diriku sendiri. Selalu. Ketika ada sesuatu yang tak pernah ingin kubayangkan terjadi, aku akan repot jika tidak bisa menemukan apapun untuk kulimpahi kesalahan. Memang Jumat tidak mungkin bersalah. Tahu betul hal itu. Tapi, apalagi yang bisa menyalurkan buncah-buncah sesak hatiku oleh besarnya kecewa?

Sampai tadi siang, semuanya baik-baik saja. Kami berbincang gembira seperti biasa. Hingga satu pertanyaan sederhana atas keingintahuanku, menimbulkan buntut percakapan sensitif yang seharusnya bisa kukendalikan arahnya.

Akhirnya ia mau bercerita. Mengenai sesuatu yang sangat peka tentang dirinya dan orang-orang terdekatnya. Sebuah kisah jauh dari dongeng indah yang kapan lalu sempat pernah akan ia ceritakan namun urung. Siang tadi ia berinisiatif untuk membaginya denganku.

Line chat BBM yang didominasi olehnya, dengan sepasang mataku yang tak berkedip menatap pendar tulisan mulai muncul baris demi baris. Melahirkan tutur demi tutur, sebuah kisah. Yang meski aku tak begitu mengerti, tapi bisa kupahami seberapa banyak dan besar rasa sakitnya.

Aku menangis. Mendekap mulutku yang bergetar tanpa suara. Tangan-tanganku berlepotan menyeka air mata yang tak mau surut. Aku demikian sedihnya. Hatiku sungguh-sungguh merasakan sakit itu. Seolah itu bukan hanya satu kisah di belahan Indonesia lain yang tak terjamah olehku. Seperti itu bukan sekadar dongeng tidak menyenangkan yang dialami suatu karakter yang tidak kukenal.

Tapi itu adalah hari-hari yang memang dilaluinya. Kisah itu masih berjalan, tanpa tahu para pelakunya sudah tidak ingin menjalani lakon masing-masing. Terlalu berat. Terlalu sedih. Terlalu banyak yang disayangkan. Dan aku terlalu bodoh. Cuma bisa menitikkan airmata tanpa tahu sebab. Tanpa berpikir punyakah hak untuk menangisi sesuatu yang bukan kewajibannya? Apakah ada perlunya kuketahui kisah itu, atau tidak? Tidakkah aku berarti sesuatu baginya?

Memang tidak ada lagi yang bisa kulakukan selain membiarkan sepi itu menyusup dan tinggal dalam hati. Mengijinkan kelu yang tertinggal di ujung lidah tapi tak kuasa disampaikan oleh tepian jemari agar ia tahu bahwa dirinya tidak sendiri. Aku ada, walau sama sekali tak tampak berguna. Setidaknya aku tidak pernah punya keinginan untuk pergi meninggalkannya.

Pikirnya aku terlalu lancang. Mungkin tidak menghargai. Berpikir seolah itu bukan hanya satu kisah di belahan Indonesia lain yang tak terjamah olehku. Seperti itu adalah dongeng tidak menyenangkan yang dialami suatu karakter yang tidak kukenal. Tanpa mau sungguh-sungguh peduli bahwa itu adalah kisahnya. Aku secara lancang menyatakan perasaanku atas kisah kekasihku.

Sebuah kartu kuning sudah dikeluarkan. Ia mogok BBM-an. Malas chatting, dalihnya. Gencatan senjata. Aku menyerah. Setelah meninggalkan update-an PM yang berbunyi:
"I wanted you to know that I love the way you laugh, I wanna hold you high and steal your pain away...
Sebuah lagu yang mewaliki isi hatiku siang-sore ini. Broken.

Cepat baikkan hatimu, Chagiya. Aku mana tahan terus-terusan kau diamkan begini? Hontou ni gomen ne, aishiteiru. :*

Senin, 23 Juni 2014

Bisa Sih, Tapi Lemot

Konnichiwa!

Serasa sudah lama banget nggak nuliiis... *mulet* (-- ,)/ Iya emang sih, tapi bukan karena faktor malas. Lagi belum dapat inspirasi aja, sih. (Hahahaha sama aja, keleus. *dilempar takoyaki* Honestly, belakangan situasiku memang sangat jauh dari kata 'nyaman'. Ada banyak hal yang terjadi; yang masih bikin bimbang, yang wajib disyukuri, juga yang harus kuambil hikmah dengan menjadikannya pelajaran agar jangan sampai aku mengulangi hal tidak menyenangkan itu di masa depan. Naudzubillah...

Well, today is Monday. One of my precious day. The fasting day. Hari dimulai dengan sahur buru-buru yang cukup menyenangkan. Tapi nggak ketika aku bangun setelah subuhan. Aku naik kasur lagi. As always, aku susah bangun pagi tanpa rencana kegiatan yang 'menguntungkan' bagiku. Teriakan ibu. Buruk sekali. Mana sempat aku mengingat-ingat mimpiku? Aku bahkan baru saja bisa ingat adanya tambahan penghuni Ume-chan sejak semalam. Tantit.

1.
Hari-hari kemarin sudah berasa mimpi aja. Hari Sabtu, aku nyaris menghabiskan waktu dengan mengurung diri di rumah. Siangnya Tantit sms, bilang akan datang dari Banyuwangi bersama beberapa orang dari pihaknya. Mau menginap di rumah, minta dijemput. Hey, how'd come?

Bangkeknya koneksi internet di malam minggu ikut andil dalam upaya perusakan suasana hatiku. Sebelum sebal berkelanjutan, aku memutuskan untuk bongkar-bongkar kamar. Nggak seheboh itu, ding! Cuma beberes rak buku dan menata ulang meja rias. Membuang barang-barang yang sudah kelewat jadul dan nggak terpakai lagi. Beberapa adalah benda yang pernah mati-matian kucari. Berdebu tebal. Mengosongkan kolong dipan. Bidadari kembar tiga ketemu. Alhamdulillah...

Minggu dini hari aku masih terjaga. Khawatir kalau Tantit yang barangkali berusaha menghubungi -tapi Indosyit sedang busyuk maka pending- memutuskan untuk langsung datang. Rupanya mereka baru tiba subuhnya. Iya, berbanyak. Total lima orang terhitung Tantit. Empat sisanya seorang wanita paruh baya dan tiga orang pria bapak-bapak. Karena sibuk mengurus ini-itu, akhirnya aku mangkir gath animanga (lagi). :(

Rencananya aku akan mulai berbagi kamar dengan Tantit. Mungkin itulah kenapa aku ngotot banget bersih-bersih kemarin. Feeling, gitu. Dan nggak rugi juga. Kamarku yang sekarang sudah benar-benar layak untuk dihuni kami berdua.

Tentu ada sebabnya kenapa Tantit tiba-tiba kembali ke Mojokerto, di rumah kami. Sebuah alasan yang nggak ingin kumengerti sebenarnya, tapi harus kupaksakan untuk memahaminya. Dia kembali seorang diri. Nggak bersama suami pun putri bungsunya. Kenapa? Aku juga ingin tahu sebabnya. Yang jelas ini bukanlah sekadar kunjungan singkat atas nama 'rindu keluarga'. Sejujurnya aku sudah bisa mencium sesuatu yang nggak beres sejak sebelum para tamu datang, tapi di lain pihak aku juga nggak mungkin bisa memikirkan sesuatu seburuk itu menimpa tanteku sendiri.

Orang-orang Banyuwangi tersebut rela menempuh jarak sejauh itu ke Mojokerto demi memulangkannya. Iya, memulangkan. Mengembalikan Tantit kepada keluarganya karena ia nyaris sebatang kara dan nggak bisa melakukan apa-apa lagi di Banyuwangi. Siapa yang menyangka Ramadhan tahun ini akan dibuka dengan kejutan sedemikian rupa berupa kabar tidak menyenangkan dari mereka?

Beberapa kali diadakan 'rapat' yang membahas tentang kejadian itu. Dan ya, keluarga kecil kami yang harus menanggungnya. Semoga sementara.

2.
Aku sudah tidur saat ibu tiba di rumah dengan panik, membawa-bawa Rizky, adik laki-lakiku paling bungsu. Sudah dengar tentang rencana kepulangan anak itu, tapi sama sekali nggak menyangka akan selarut itu datangnya. Mana ibu sudah kepengin ngajak diner di luar, sementara besok setelah dzuhur dia sudah harus balik lagi ke Malang. Kacau!

Buru-buru aku mengambil keputusan. 08:30 PM, masih ada cukup waktu untuk menggrebek Hatchiku Bento sebelum rumah makan jepang itu last order. *evil smirk* Setelah heboh-heboh sedikit, kami jadi pergi juga.

Kayak sudah dapat feeling, aku tadi sengaja nggak makan malam. Dan untunglah! Aku jadi bisa menikmati Dragonroll Sushi-ku dengan hikmad. Berempat aku, iis, ibu dan Tantit memesan menu sushi lainnya: Volcano, Philadelphia, dan Sushi Cruchcy, sementara Rizky memilih Sashimi, lengkap dengan nasi dan sayur. Untuk minumnya kami sepakat memesan milkshake: 2 gelas Stroberi, 2 gelas Cokelat, dan segelas Blueberry.

Usai menghabiskan semua makanan yang nyaris gagal tandas (mereka sudah pada makan malam, kasihan) kami pulang dengan perut kenyang, langsung tidur. *krik krik krik*

3.
Nggak adil rasanya aku dan ibu harus tetap pergi bekerja sementara Tantit, Iis dan Rizky pada gegoleran hore di rumah. Aku juga mau liburaaaan... :( Kami bangun pagi, sarapan. Rizky segera menguasai komputer, bermain game. Kegiatan dua orang lainnya: menguras koleksi bacaan di lemari bukuku, dan momong gadget, Iis nggak pernah nggak online.

Tahu-tahu sehabis mandi aku kepikiran untuk mengajak Rizky ke Pemuda, jarang-jarang. Supaya dia bisa berinteraksi dengan yang lain, karena seisi Ume-chan perempuan semua. -___-" Dia dengan senang hati mengiyakan, mengantarku kerja.

Yang lain adalah Rizky bukannya ikut masuk, tapi malah mau pinjam kunci motor, katanya pengin jalan-jalan. Karena nggak menemukan motif lain di baliknya, mau nggak mau aku menyerahkan kunci Bebe. Memberinya sejumlah uang untuk beli bensin dan jajannya. Sama sekali luput dari pemahamanku bahwa adikku sudah sebesar itu dan dia bisa mengendarai Bebe (juga). That's good.

Kabar lain datang dari ibu yang mencari-cari Rizky karena dia nggak kunjung pulang ke rumah, padahal aku sudah mewanti-wantinya untuk berhati-hati dan langsung pulang begitu urusannya selesai. Aku sempat jadi tersangka karena membiarkannya keluar membawa motor, sementara dia nggak punya hp untuk dihubungi sewaktu-waktu. >_<

Tapi semua berjalan sesuai rencana baik Tuhan. Rizky akhirnya ketemu, eh, dia pulang-pulang sendiri. Bebe juga dipulangin. *peluk Bebe* Dia pinter dan tahu waktu kok, cuma kita memang khawatir karena nggak bisa menghubunginya. Apalagi mengingat waktu yang sudah disepakati dengan bude untuk segera balik ke Malang sudah dekat. Setelah mengembalikan Bebe kembali ke kantor, ibu mengantar Rizky ke tempat bude dan segera berangkat ke Malang lagi.

4.
Ada yang berbeda dengan komputerku. Desktop-nya menghilang. Wajah innocent Kirito lenyap dari pandangan. Berganti layar hitam polos yang nggak ada menarik-menariknya. :/ Pada toolbars ada semacam indikator sinyal komputer, dan... heiii, online! *jejingkrakan* Setelah kuamati lagi memang ada semacam modem berantena yang terpasang di PC komputerku. Yokatta... Komputerku online juga! Ahahahaiii... Maka kegiatan semacam blogging begini pun kian mungkin. :P *toyor*

Tapi yaa... dibilang online juga tetap ada batasan-batasan, beberapa 'syarat' untuk menggunakan fasilitas internet (gratis) ini, salah satunya untuk tidak mempermasalahkan kelemotan baik jaringan maupun kinerja komputer itu sendiri. *sok iyes* Ya masa mau mengeluh jaringan bangkek sangat, padahal yang dibuka fesbuk lagi fesbuk lagi? xP *keplak*

Alhamdulillah... Alhamdulillah... Terima kasih banyak teruntuk Pak Bos yang sudah merealisasikan keinginan saya mendapatkan koneksi internet pada komputer kerja saya sendiri. *sungkem* Kemarin-kemarin mau buka email dari BSM aja masih suka nebeng ke komputer sebelah. Belum lagi kalau mau ngemail-ngemail sesuatu, apalagi yang sifatnya pribadi. Kan sungkan, sudah begitu nggak private, suka diusir-usir sama empunya komputer kalau aku nongkrongin meja kerjanya lama-lama. Ya namanya juga numpang... *pukpuk*

Bisa sih, tapi lemot. Tapi mending mana dengan komputer offline terdahulu? Lemot-lemot begini juga berjasa banget untuk blogging, posting status, stalking... *ehh* Karena manusia selalu meminta lebih dari yang sudah Diberkahkan padanya, hingga lupa untuk bersyukur. Alhamdulillah, syukuri yang ini aja deh. ;)

Sabtu, 21 Juni 2014

My 21st June, 2014

1. Happy Birthday Kim Ryeowook
#HappyRyeowookDay #HappyBirthdayRyeowook



Saengil chukkae hamnida
Saengil chukkae hamnida
Saengil chukkae Ryeowookppa
Saengil chukkae hamnida...

Dear Ryeowook-oppa,
Selamat ulang tahun yang ke- errr~ berapa umurmu, Oppa? 27? Se-serius?? *digampar* Ya masa namja se-aegyo dirimu sudah berusia seperempat lebih... *dicekik Ryeosomnia* Itu ungkapan keterpesonaan, Oppa, jangan salah paham... *ketjup*

Selamat ulang tahun, uri Wookie. Semoga semakin bertambah usiamu, semakin Tuhan menyayangimu dan memberikan apa yang selalu kau inginkan, kau butuhkan, dan yang terbaik bagimu. Aamiin... Apalah artinya sebuah ucapan selamat dari satu orang fans dari kota antah berantah yang namanya mungkin tidak bisa kau sebut dengan lidah hallyu-mu. Tapi sebagai sebagai seorang aku yang ingin menjadikanmu sebagai idolaku, tulus doa kusematkan pada-Nya, untuk kesehatanmu, kesuksesan karirmu baik bersama Super Junior Oppadeul maupun solo, serta tercapainya mimpi-mimpi dan kebahagiaan yang kau ingin raih.

Mungkin tidak seperti fans (Ryeosomnia/Elf) yang lain, yang memberikan ucapan selamat padamu tepat jam 12 dini hari tadi. Yang rela menungguimu di dorm dan menghujanimu berbagai macam hadiah dan kado ulang tahun. Berusaha memberikan apa kau suka, apa yang kau mau. Karena kau adalah persona lugu nan baik hati Oppa, kau pun menyayangi para fans, seperti mereka mencintaimu.

Berbahagialah mereka yang sudah pernah bertemu denganmu secara langsung. Para Elf Korea yang tinggal senegara denganmu, atau sekota. Aku pun sangat ingin, tapi entah kapan Tuhan akan mengijinkan kita berjumpa. Tidak adakah wacana bagimu mengunjungi kota antah berantah yang namanya mungkin tidak bisa kau sebut dengan lidah hallyu-mu itu? :)


Terima kasih sudah terlahir ke dunia, Oppa. Terima kasih sudah menjadi Kim Ryeowook, si eternal magnae dari Super Junior. Saranghae. *love sign pose*




2. Happy 1st month (newly) anniversary of us 
21 Mei 2014 - 21 Juni 2014, long-last for us, dear... :*

It has been a month already. Semoga akan ada anniversary untuk bulan kedua, ketiga, keenam, keduabelas, setahun, dua tahun, lima tahun, sepuluh tahun... Tidak pernah ada 'cukup' untuk kualitas dan kuantitas kebersamaanku dengannya. Ahh, betapa lelaki kecintaanku itu demikian kucintai...

Satu bulan berlalu sejak percakapan kami di BBM, 21 Mei 2014, saat ia mengatakan sesuatu yang seketika menjungkir-balikkan duniaku. Hingga kini. Ia selalu bisa melakukannya. Jujur, aku tidak yakin apakah dia ingat tentang tanggal ini atau tidak. Biar saja. Yang pasti aku tidak akan memusnahkan apa yang terjadi dalam BBM kami. For God's sake, I won't! :D

Seseorang yang berada sangat jauh dariku, berseberangan pulau keberadaannya, saat ini seperti aku bisa selalu melihat dan menyentuhnya. Kedekatan hati kami, begitu? Hahaha... Aku tak berani berharap sampai seperti itu. Dan memang, sampai sekarang pun, masih ada semacam rasa tidak percaya yang mengendap. Jika tahu seperti apa perjalanan hubungan kami di masa lalu, dan apa yang sedang kami jalani kini... "Alhamdulillah" jadi satu-satunya tanda syukur yang bisa kupersembahkan pada Yang Maha Membolak-balikkan Hati, Maha Mengubah Kemustahilan Jadi Nyata.

Harapanku, seperti yang sudah tersebut, semoga ini tidak hanya menjadi 'bulan pertama' fase kebersamaan kami 'Tahap Dua', tetapi kepastian dan pertumbuhan hubungan kami menjadi lebih baik dan semakin baik akan tetap terjadi dan terealisasikan sesuai rencana bersama. Aamiiin...


3. Okaerinasai, atashitachi @benzbara_ no lovely books

Bernard Batubara adalah salah satu penulis muda yang sudah tersohor karya-karyanya. Pertama kali kenal (tahu) yakni melalui buku puisinya berjudul 'Angsa-Angsa Ketapang' terbitan Indie Book Corner (sampai sekarang masih dalam pemesanan, -___-"). Kemudian Iis menyebut nama unik itu pada project Heart Attack-nya Penerbit Gagas Media, Kak Bara rupanya sudah mengcover lagu 'Mau Kamu Yang Itu' dan malah menjadi pengiklannya. LOL Suaranya lumayan juga, sih.

Kami, peserta lomba sing-cover lagu tersebut, diharuskan untuk memfollow beberapa akun twitter terkait, tak terkecuali @benzbara_ dan voila! Tanpa bermaksud kepo/stalking aku jadi punya wawasan tentang novel-novelnya yang lain, yang (hampir) kesemuanya -recomended juga menurut banyaknya testimoni positif- bagus lagi keren. >_< Jadi, kakak ini sudah banyak menulis novel, cerpen, dan puisi. Sesuatu yang aku sangat ingin bisa melakukannya juga. :')

Kak Bara ini orangnya baik banget. Ramah. Senang membuat semacam kuis atau lomba di twitter, atau sekadar berinteraksi dengan followers yang kebanyakan sekaligus pembaca juga. Aku pun pernah beberapa kali melayangkan mention padanya, dan dibalas. Hehehe... ^_^ "Maka kebaikan selebtwit mana yang kau dustakan?" *tsaaah* Serupa Bagustian Iskandar dengan @ladangsandiwara-nya begitu. Ahh, aku sudah menjadi follower di blog mereka juga, sih. Sangat bagus untuk referensi. Ehehehehe... ^_^

dari @bukabuku.com dialamatkan ke kantorku
Setiap hari melihat testimoni-testimoni yang dilayangkan pada akun twitternya, lambat laun membuatku galau juga. Ingin segera membaca karya-karya Kak Bara dan memberikan komentar. >_<

Jadilah, aku berkelana(?) mencari online-shop yang menjual buku-buku Kak Bara sekaligus, supaya murah ongkirnya. Ketemulah di bukabuku.com Ahahahahai, alhamdulillah... :3
  • Surat Untuk Ruth
  • Milana 
  • Cinta(.)
  • Singgah
Selain 'Singgah' yang merupakan kumpulan cerpen (author Kak Bara dkk), tiga yang lain adalah novel. Bukan milikku semua. Cuma 'Surat Untuk Ruth' dan 'Cinta(.)' lalu sisanya punya Iis. Jadi dibagi-bagi begitu kepemilikan bukunya. -___-" Hanya saja seperti yang sudah kusebutkan tadi, demi menghemat biaya ongkir yang relatif mahal kalau mengecer, maka kami berinisiatif membelinya secara kolektif seperti ini.
Yuk, baca! :3

Kamis, 12 Juni 2014

Selasa, 10 Juni 2014

A Farewell(?)

Suatu hal biasa, yang bahkan sepele, baru terasa begitu berharga apabila kita akan kehilangannya. 
Sudah kuduga, sesuatu yang tidak bagus akan terjadi. Tapi tak pernah sekalipun terbersit akan tentang ini. Jangan. Bahkan untuk hal terburuk, tetap jangan sampai ini terjadi. Aku akan kehilangan keluargaku lagi. :'(

Firasat aneh itu terus mendera. Entah kenapa makin ke sini sesak yang kurasakan semakin terasa, dan puncaknya semalam. Surat Pemberitahuan resmi dari sanggar untuk wali murid, tentang berakhirnya tahun ajaran 2013-2014. Aku berpisah dengan murid-murid kesayanganku? Bukan, bukan itu. Pada siswa memang datang dan pergi, akupun sangat menyayangi mereka. Tapi lebih-lebih, aku begitu mencintai sanggar ini, begitupun dengan para instruktur di dalamnya. *hug*

Bodohnya diriku yang bisa-bisanya berpikir bahwa selama jam kerjaku terpenuhi, absensiku yang kapan saja semauku tidak akan jadi masalah. Salah! Itu salah. Beberapa waktu terakhir aku memang selalu datang (terlalu) tepat waktu. Jarang sekali aku hadir sore seperti dulu, dan malah baru muncul setelah maghrib menjelang isya', langsung masuk kelas pula. 

tough it was blackout, we were still studying
Akibatnya komunikasi yang terjalin antara aku dan para instruktur lain berkurang cukup drastis. Perbedaan jam mengajar seringkali tidak mempertemukan kami dalam perbincangan hangat selayaknya kami saat masih sering melewatkan waktu bersama. Kusadari kami jadi jauh. Tapi egoku selalu menang. Kupikir karena memang mereka sedang tidak ada keperluan mendesak denganku, dan jika memang ada yang membutuhkan keberadaanku, pasti aku akan segera tahu.

Menyesal sekarang tidak akan mengubah apapun. Bahwa dalam waktu dekat ini mungkin kami tidak akan bisa tetap bersama-sama, bagaimanapun harus tetap kuterima serelanya. Meski sudah pasti aku akan merasa kesepian, aku pasti sangat kehilangan. :'(

Pihak sanggar tidak lagi bisa mempertahankan gedung ini untuk ditempati. Impian kami untuk membaliknama atas nama sanggar dan menjadikannya milik bersama, hilang sudah. Kontrak sewa tidak diperpanjang lagi, dan akhir minggu ini kami sudah harus membereskan barang-barang sanggar. Keluar. Angkat kaki dari sana.

Tidak ada yang bisa disalahkan atas kabar duka ini. Keadaan memang sangat berbeda dengan saat kami masih lengkap dua tahun lalu. Saat kami masih bertujuh, bahkan sewaktu Miss Sari dan Miss Ima belum bergabung. Kami punya banyak kekuatan, semangat, doa. Hingga negara api menyerang... (eh, salah! >_<), hingga beberapa dari kami terpaksa mundur satu demi satu karena kegiatan dan jam terbang pribadi. Apa boleh buat. Kesenangan tidak bisa semata-mata mengalahkan kebutuhan.
BBQ party saat Idul Kurban 2013 lalu.
Serupa seleksi alam, yang terpilihlah yang tinggal. Tanpa maksud mengatakan cinta mereka kurang, tapi hanya kami berlimalah yang sampai akhir bertahan (minus Miss Rintan, ia diharuskan segera terbang ke Kalimantan) dengan berbagai macam situasi sanggar. Tapi jika sudah keluar keputusan seperti ini, apalagi oleh sang pimpinan sendiri, tidak ada lagi yang bisa kami lakukan. Semoga Mr Dani dan Miss Ima bisa membangun sanggar ini dari awal lagi. Tidak perlu campur tanganku tidak masalah. Semoga sukses dan semakin berkembang! :'

Menuliskannya di sini sama dengan mematrikan memori, emosi. Bukan hal yang mudah mengingat-ingat semua yang sudah tidak bisa lagi dibuat sama. Dan aku tidak ingin lupa, bahwa kita pernah ada. Kita semua pernah bersama, meski tidak lama. This is a farewell...

Berat sekali harus meninggalkan segala kenangan indah. Terlebih gedung itu masih berdiri dengan angkuhnya tepat dipertigaan jalan, seperti yang seharusnya. Hanya tidak akan ada lagi tawa-tawa ceria para siswa. Gema suara para instruktur yang memberi materi. Tidak ada bincang-bincang di kantor sambil bermain monopoli. Tidak akan ada sepeda-sepeda dan motor-motor yang berjajar semrawut di halaman berpaving. Kami tidak akan kerja bakti memotong rumput dan memangkas dahan-dahan pohon waru dewa. Tidak perlu lagi membersihkan angin-angin dari sarang-sarang burung. Tidak ada alasan bagiku untuk menunggu lagi. :'(
free time, creative time (searah jarum jam: Miss Riza aka me, Miss Diana, Miss Dinda, Mr. Rahmat, Mr. Dafis, Miss Ima, and big thanks to Mr. Dani as the picture taker)
Sampai sekarang gedung Blueberry di Jalan Srikaya No.4 masih berdiri, bersama bayang-bayang tanpa kami.


Mojokerto, Mei 2012 - Mei 2014

Senin, 09 Juni 2014

Kamu, Seninku

Kemarin mungkin adalah satu dari sedikit percakapan panjangku denganmu. Tidak, aku sama sekali tidak (ingin) mengeluhkan situasi yang sedang kita jalani (kembali) sekarang. Bahwa sebatas percakapan Whatsapp, aku seharusnya bisa lebih menghargai dua buah centang hijau -yang tidak selalu segera muncul setelah aku membalas pesanmu- daripada mengutuk koneksi internet yang lebih banyak tersendatnya. Aku menghargai keinginanmu menyampaikan suatu maksud padaku, sekalipun itu adalah kondisi di mana kamu memang sedang membutuhkan aku.
Kamu pun pasti tahu, aku bukan jiwa yang benar-benar putih, sungguh-sungguh lurus, sekalipun aku (memang) sudah berusaha untuk itu. Bahwa aku berusaha tegar, mencoba bersabar dan sok-sokan pengertian terhadap situasi kita, tapi kenyataan bahwa terbentangnya jarak dan sulitnya komunikasi normal kita membuatku agaknya terbebani negative thinking. Sungguh, aku tidak bermaksud untuk sama sekali tidak menahan diri.

Apa kamu tahu sebanyak apa aku menyayangimu? Sebanyak apa aku menimbun cinta dan rinduku di kolong tempat tidur? Agar tak seorangpun tahu dan mengambilnya dariku. Berusaha melenyapkannya demi melindungiku yang masih ingin menunggumu tak peduli berapa lama waktu yang kupertaruhkan pada akhirnya.

Pada Senin ini aku sekali lagi memercayakan harapan dan masa depanku. Pada satu Senin yang terbit di suatu bulan sebelas, hampir dua puluh enam tahun silam. Ya, tentu itu kamu, lelakiku yang terlahir di hari yang sama dengan hari lahir Rasulullah. Kamu sendirilah yang memberitahuku, mana mungkin aku lupa?

Sejak itu aku berhenti menganaktirikan Senin dibandingkan dengan hari lain, dan berbalik mencintainya. Senin adalah hari yang hebat sehingga dijadikan pembuka awal minggu. Senin demikian dihormati oleh Rasul, karena Beliau dilahirkan pada hari itu, sama sepertimu. Tirakat puasa Senin-Kamismu, teruntuk siapa lagi jika bukan dirimu? ^^

Mungkin senin memang selalu terbit di setiap awal minggu. Ada empat sampai lima senin setiap bulannya. Tapi kamu tahu, seninku hanya satu: senin yang terbit di suatu bulan sebelas, hampir dua puluh enam tahun silam. Kamu, Sayang... :*

ANIMASI; KARTUN

Jangan seheran itu, lah. Begini-begini aku juga makan sastra sesekali, nggak cuma bisa nyepik berbahasa meme aja. :P Jadi, aku memang follower twitter +Akun Fiksimini sekaligus pengagum pecandu sastra yang kelihaiannya menuangkan ide gagasan ke dalam barisan 140 karakter, kayaknya nggak bakal bisa kusamai. 

Bukan berarti aku nggak pernah berpartisipasi sama sekali, sering sih, dulu. Hehe... dan belum pernah sekalipun twit-ku nyantol, terpilih untuk di-RT oleh admin FiksiMini. Lalu pagi ini pas lagi ol twitter, nggak sengaja 'papasan' dengan #topikfiksimini edisi Hari Senin ini: ANIMASI. Iseng-iseng aku langsung reply:
Ya, sesingkat itu. Aku nggak berharap macam-macam, murni ingin berpartisipasi, tertarik karena topiknya barangkali adalah sesuatu yang kusuka dan lekat dengan hidupku. Dan siapa sangka, setelah puluhan kali mencoba dan nggak kunjung beruntung, siang tadi twit sederhanaku itu malah jadi salah satu yang terpilih untuk disebarluaskan kepada para penikmat fiksi dan sastra di luar sana? Sentuhan seringan itu dan aku sudah merasa hebat banget! XD *lebeh* *iya, biarin*

Halal-halal saja untukku mengabadikan momen ini, kan? Siapa tahu keberuntunganku nggak cuma berhenti di sini. Yosh! ^^

Gitu deh, kira-kira. Ada yang berkenan menafsirkan artinya? ;)

Jumat, 06 Juni 2014

Jangan Baik Padaku Jika Tak Bisa Tinggal

...
maafkan jika kau kusayangi
dan bila kumenanti
pernahkah engkau coba mengerti
lihatlah ku di sini
mungkinkah jika aku bermimpi
salahkah 'tuk menanti?
...

diterbangkan demikian tinggi, lalu dihempaskan keras kembali sejatuh-jatuhnya. menjelma cinta, sekaligus benci.