Jumat, 30 Mei 2014

We Need To Link Up Right Now Now Now

Have you ever felt that somehow, everything is going to ruin your way? Or however, it's such like something goes too good to be true?
Seperti sesuatu yang sudah lama dinanti-nantikan olehmu, sebanyak apapun kamu memohonnya, memintanya, hal tersebut hanya seperti imajinasi saja untuk terwujud. Hampir mustahil, sekalipun di dunia ini tidak ada yang digariskan untuk tidak mungkin terjadi. Tapi apa mungkin sekuntum bunga bisa mendadak menjelma seekor kupu-kupu cantik? Inilah yang kumaksud tidak mungkin.

Hampir setahun sejak kami berpisah. Terasa sangat lama, sekaligus demikian singkat. See, tahu-tahu sudah setahun. Apa kabarmu setahunan ini, Sayang? Sehatkah? Sudah lebih berbahagiakah dirimu? Seberapa tinggi tubuhmu sekarang? Apa berat badanmu bertambah? Apa kamu jadi makin ganteng, dan nggak gampang marah-marah lagi?

Kamu yang setahun belakangan ini nyaris tidak mengalami perubahan status di hati dan pikiranku, yang sudah kuikhlaskan bagaimanapun juga kebahagiaannya, masih mungkinkah untuk kembali ke sisiku lagi? Jika kamu memang berkenan untuk kembali, apakah itu sebenar-benarnya kerelaan, atau justru bentuk lain dari keputusasaan? Karena kamu sudah lelah melawan dunia yang tidak kunjung mengulurkan persahabatan padamu, dan hanya aku satu-satunya pintu menuju kepulangan. 

Aku akan selalu menerimamu, kamu tahu pasti soal itu. Hanya saja, kalau dipikir-pikir lagi sekarang, tidakkah itu sedikit menyakitkan? Untukku mengetahui kenyataan bahwa aku tak ubahnya serupa jalan akhir bagimu yang tidak menemukan jalan keluar lain dari ketersesatan jiwamu? Tell me, am I that bad to you, even for comparing with the emergency exit? 

I love you, I've been loving you in the first time I knew that I fell in love with you. But the way you're saying that I'm your Honey without any proof but a short part of chat, it somehow makes me feel so terrible. :'(

Andai meraih pintu kembali semudah berjalan pergi...

Kamis, 22 Mei 2014

Rekonsiliasi #22nd

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa-apa yang kuinginkan, segala yang kuperlukan, dan semua yang terbaik bagiku. Berikan padaku apa yang Engkau Ridhai untuk kumiliki, dan jangan biarkan aku mendapatkan sesuatu yang sesungguhnya bukan menjadi hakku. Aamiiin...
Selalu kuulang-ulang doa yang sama pada setiap kesempatanku bertemu Tuhan. Entah sudah berapa kali aku selamat karena kasih sayang-Nya. Maka, tak lagi kumiliki keraguan sedikitpun terhadap rencana-Nya. Yang terjadi, terjadilah. Semua akan tiba pada masanya masing-masing. 

Bahagia sudah bisa kurasakan hanya dengan kemampuanku membuka mata dan menghirup wangi dunia. Betapa tidak? Mengambil nyawamu selagi tidur bukanlah hal besar bagi-Nya. Lalu ketika kamu masih (diiijinkan) bangun keesokan harinya, tidakkah rasa syukur itu melekat erat pada urat nadi lehermu?

Kupu-kupu hitam masih menjadi kecintaanku. Sekalipun ia berada di tempat yang jauhnya tidak terukur olehku, tapi hati ini masih menyimpan cinta dan rindu untuknya. Namun sekalipun aku masih bisa menyapanya sesekali di bbm dan fb, melihat apa yang sedang ia lakukan, bagaimana kabar hatinya, tidak bisa kupungkiri aku tetap merasa jauh. Jauh sekali. Kondisi ini jauh berbeda dengan apa yang pernah aku harapkan atasnya dahulu.

Aku mencintainya. Sangat. Sungguhan. Tapi lalu aku belajar, bahwa memang ada hal-hal yang tidak bisa dipaksakan enak kita -manusia- terhadap kehendak Tuhan. Aku mencintainya. Tapi jika Tuhan tidak meridhai aku bersamanya, aku bisa apa? Bisa apa aku selain memohon kepada Sang Pembolak-Balik Hati untuk mengembalikan hatinya padaku? Bisakah semudah itu? Memangnya siapa diriku? Berani benar memaksakan keinginan rendahku pada-Nya, mengancam akan melakukan sesuatu pada hidupku jika Ia tidak kunjung berkenan menyatukan hatinya dengan milikku. Kenyataannya, aku memang tidak lagi berani untuk memintamu kembali padaku. :(
Ya Allah, jika dia kelak memang jodohku, maka percepatlah perjodohan kami. Jika dia bukan jodohku, mohon jodohkan aku dengannya. Jika harus dengan selain dia, jodohkanlah aku dengan seseorang yang mirip dengannya, yang berpribadi serupa dengan dia. Intinya, ya dia saja, Ya Allah...
Hahaha... Intinya sama saja. Tapi jika hal demikian betul-betul boleh terjadi, aku semakin dekat dengan doaku, kenapa aku justru merasa ragu? Jika kamu, yang kuinginkan untuk menemaniku bersama-sama menghabiskan sisa hidup kita, didekatkan seperti ini oleh-Nya, bolehkah aku bergembira? Bisakah aku menganggap apa yang kita bicarakan semalam, benar terjadi dan sungguh-sungguh nyata?

Insya Allah, aku tetap ber-positive thinking dengan segala ketentuan-Nya, tapi, ijinkan aku tetap menjaga hatiku sesuai hakikat-Mu, Ya Allah. Agar ia tidak kembali merasakan pedihnya terluka, pun memelihara cintaku pada-Mu yang seharusnya memang dinomor-satukan lebih dari apapun. Ijinkan aku belajar menerima dan mencintainya karena-Mu. Bismillah...

Rabu, 21 Mei 2014

Pernyataan Cintamu Bikin Sakit Mata!

"Sebenarnya aku mau menyatakan perasaanku ke kamu, tapi kamu mau terima nggak?"

...
.
.
.
Aku speechless.

What the hell??!
Ini sih ya, belum resmi menyatakan, sudah minta ditolak! Apaan??

Kepalaku mendadak pusing dan rasanya mual, ingin muntah. Serius! For God's sake! Apanya yang 'menyatakan perasaanku ke kamu'? Is he that insane? Menyatakan perasaan pada seorang asing yang baru sekali ditemui? Jebal jom! Tahu apa kamu tentangku? Apaku yang bisa-bisanya disukai olehmu secepat itu? Sama sekali tidak masuk akal...

Anak muda sekarang terlalu mudah mengumbar kata-kata cinta. Sok-sokan mengerti, paham, memuja segala hal yang dikait-kaitkan dengan cinta. Bah! Tidak bisa hidup tanpa cinta, katanya? Silakan saja akhiri hidupmu, dengan begitu paling tidak populasi orang bodoh di dunia ini akan berkurang secara signifikan dan itu akan menguntungkan. Dunia terlalu sempit untuk menampung kaum berpaham demikian. Percayalah. Mengemis cinta tidak akan membuatmu merasa lebih baik, apalagi tersucikan.

Munculnya seseorang belakangan membuatku kembali berpikir. Semua orang butuh teman hidup, aku pun. Tapi apa harus sekarang? Dengan siapa saja boleh?

Sebut saja Baka-san. Melalui akun facebook, dia mulai mengontakku selama 2 bulan terakhir. Terus terang, aku sangat selektif terhadap orang-orang yang berhubungan denganku dalam bentuk apapun. Trauma akan berhubungan di masa lalu, membuatku harus memasang kekkai dan bersikap lebih waspada untuk tidak (lagi-lagi) harus membuang waktu dengan orang yang salah. Jadi, sebelum menyeriusi salam perkenalannya, aku sengaja menyurvei akun fb-nya terlebih dahulu.

Ada beberapa faktor yang membuat Baka-san sedikit mendapat nilai plus dibandingkan dengan beberapa orang yang juga berminat untuk berkenalan dan menjalin hubungan denganku. Tidak munafik. I thought he was good-looking. Kebiasaanku lainnya, aku cenderung menilai kepribadian orang lain dari cara mereka berbahasa, baik dalam text sms maupun chat (rasa hormatku akan otomatis berkurang menghadapi alayers). Dan level percakapan serta tata bahasanya si Baka-san ini ada (sedikit) di atas yang lain, sehingga (kupaksakan) memenuhi standar.

Aku setuju melakukan kopi darat dengannya walaupun setengah mati menahan kesal karena permintaannya yang macam-macam dan terkesan semaunya sendiri. Baka-san menentukan tempat dan waktu pertemuan, juga memintaku datang bersama teman lajangku yang lain, yang langsung kutolak mentah-mentah. Dua mingguan lalu, sengaja aku meluangkan waktu dan mengorbankan beberapa jadwal menyenangkan di akhir pekan demi memenuhi janjiku, pun menumbuhkan harapanku, karena siapa tahu bisa jadi _ _ _ - _ _ _ _ _ _ - _ _ _ _ _ _ _ Cih! Tidak sudi aku menuliskannya di sini.

Tapi apa yang kudapat? Setelah lama tak kunjung mendapat konfirmasi tentang jadi-tidaknya kopdar kami, siapa sangka aku akan melewatkan sabtu malamku dengan berkeliaran seorang diri seperti orang bodoh? Ya, si Baka-san itu membiarkanku menunggunya di taman kota hingga malam dengan percuma. Berengsek! Sekarang, siapa yang tidak niat?

Jangan kira aku tidak berusaha menghubunginya sembari menunggu 2 jam lamanya. I've sent him many sms, and got nothing but shit. Tapi jujur, aku biasa saja ketika akhirnya yakin bahwa dia tidak akan datang. Molla, keunyang. Tidak ada rasa marah, kecewa pun tidak. Aku hanya merasa dibodohi. Benar-benar seperti orang bodoh saja. Sungguh aku tidak ingin apa yang aku lakukan malam itu, sia-sia. Maka kugunakan kesempatan langka itu untuk berjalan mengitari taman beberapa kali, mengunjungi masing-masing sudutnya dan mengamati apa saja yang orang-orang awam lakukan di sana. Kebanyakan keluarga, pasangan yang bermalam mingguan, kelompok komunitas yang melakukan gathering, macam-macam. Sadar betul hanya aku yang kesepian di tengah hiruk-pikuk keriangan malam akhir pekan. Poor me... :(

Setelah puas, capek, dan merasa kedinginan, aku memutuskan untuk pulang ke rumah dan melupakan semua yang terjadi hari ini, sekaligus mengubur pengharapan yang seharusnya tidak pernah muncul. Anggap saja mimpi buruk.

Bagus sekali jika Baka-san benar-benar berhenti menghubungiku, tapi tidak. Setelah hampir seminggu berlalu dan tidak ada kelanjutan darinya -aku sendiri tidak menemukan alasan untukku menghubunginya duluan- Hari Senin lalu rupanya laki-laki itu mengirimiku sms lagi. Intinya dia minta maaf karena tidak bisa datang menemuiku sesuai kesepakatan, bertanya apakah aku marah, dan masih sudikah aku bertemu lagi dengannya. Hell! Yak! Neo miccheosseo??

Setengah memaksa, kurang lebih sms itu berbunyi: "Ayo ketemuan, aku tunggu kamu di benteng sekarang. Tolong kamu ke sini, ya..."

based on my memory, sms aslinya sudah pasti kumusnahkan dan haram berada di inbox ponselku sekarang. Semena-mena, kan? Kelihatannya seperti akulah si tukang tega yang membiarkannya menungguku di jalanan. Gila gila... Lebih gila lagi, aku benar-benar pergi mendatanginya. Tidak ada niatan apa-apa, hanya penasaran seperti apa wajah sebenarnya si bodoh yang sudah membodoh-bodohiku itu, agar di masa depan aku tidak lagi terbodohi wajah bodohnya. Bah!

Sesuai perkiraan, meski berangkat terlambat pun, aku masih harus menunggunya lagi. Baka-san sudah cacat berkali-kali di mataku. Yang terparah adalah tentang kebohongannya.
1) dia tidak bilang dengan siapa akan datang
2) aku tidak yakin di antara 2 lelaki yang menemuiku mana yang tadinya teman sms-ku
3) tidak satupun dari 2 lelaki tadi yang wajahnya familiar dengan pp fb ybs

Palsu!! Si Baka sialan itu benar-benar parah! Membuatku menunggu percuma di janjian pertama; dengan watados mengajakku janjian lagi; membuatku menunggu lagi; lalu meninggalkanku pulang! Datang telat dan pulang duluan! Hebat betul dirinya... Pikirmu kamu itu laki-laki macam apa?

Ya Gusti... Sungguh, daripada mempunyai pasangan seperti Baka-san (naudzubillah), lebih baik aku berbakti dan mengabdikan diri dengan benar pada ibuku. Bahagiaku tidak diukur dari punya tidaknya aku akan pasangan. Aku sungguh ingin punya seseorang yang seperti Mika dan Ray bagi Indi, sesosok Kirito yang rela menyerahkan seluruh hidupnya pada Asuna. Tapi aku yakin, tidak sembarang orang bisa menjadi demikian... Namun, asal memilih seadanya dengan dalih 'daripada tidak ada sama sekali', itu juga bukan tindakan yang sepenuhnya baik.

Baka-san, bagaimana mungkin kamu masih bisa berpikir aku akan menerimamu, setelah apa yang kamu lakukan terhadapku? Jangan artikan ramahku sebagai kemurahan diri. Kamu bukanlah sesiapa yang pantas untuk mendapatkan hatiku, apalagi dengan kebohonganmu yang menjijikkan itu. Gomen ne... Both of us are too weird each other. Good luck with your next lies-victim.

***

Tergelak hebat aku membaca email yang dikirim Maretta padaku beberapa hari lalu. Bagus! Jangan sampai hal serupa kualami juga.



sudut remang kamar, 13 Mei 2014

Senin, 19 Mei 2014

Kirigaya Kazuto-kun :*

It has been a week since I finished watching Sword Art Online last episode. It was very awesome! Sugoiii~~ XD No wonder, I automatically fell in love with Kirito and claimed him as another character that would be L’s rival. L is my eternal lovely character, isn't he? And now Kirito is also. :*
Kirito atau Kirigaya Kazuto adalah karakter utama dalam anime berjudul Sword Art Online (SAO). Menceritakan tentang kehidupan kedua Kirito dalam sebuah game simulasi dengan menggunakan  alat Nerve Gear, yakni 'Sword Art Online'. 
Kirito adalah ID/username yang digunakan Kirigaya Kazuto untuk login dalam SAO. Dikisahkan Kirito adalah avatar jenis petarung pengguna pedang. Kirito dengan cepat bisa beradaptasi dan bahkan menguasai jalan cerita game SAO, karena ia pun seorang beta tester. Ya, karena kepiawaiannya dalam bermain game, Kirito termasuk dalam 1000 orang beruntung yang diijinkan menguji-coba SAO sebelum game tersebut resmi dirilis.
Konflik dimulai saat tiba-tiba saja player tidak bisa log-out dari game, dan munculnya pernyataan resmi dari server bahwa game simulasi SAO, telah berubah menjadi game hidup yang tersambung langsung dengan kondisi fisik asli player. Avatar mereka pun sama dengan sosok asli di dunia nyata.
Singkat kata, menangkan game ini dan kau akan bisa kembali hidup-hidup. Game Over memang bukan kematian, tapi selama tidak ada player yang berhasil menuntaskan misi SAO, tidak akan ada player ada yang terbangun dan selamat.
Petualangan Kirito menempuh level demi level untuk menghabisi boss terakhir pun dimulai. Karena kemampuan lebihnya, Kirito memilih untuk ‘bertahan hidup’ dengan menjadi solo player, ketimbang bergabung dengan guild tertentu yang bisa jadi hanya menghambat dirinya untuk beraksi. Karena bagaimanapun Kirito harus selamat sambil terus memperkuat diri untuk menghadapi boss terakhir dan kembali ke dunia nyata.
Menghadapi macam-macam musuh dan berbagai karakter player selama 2 tahun hidup dalam SAO tak pelak membuat Kirito banyak belajar. Di usianya yang baru 16 tahun, kemampuan bertarung Kirito tidak ada tandingannya. Bersama Asuna, sosok gadis yang akhirnya menjadi dunia baru bagi Kirito, ia akan memenangkan SAO.
***
Salah satu yang membuat si Kirito ini memenangkan hatiku adalah sisi kemanusiaan yang selalu ditampilkannya hampir di seluruh episode. Dari kacamataku, semenjak Kirito mengetahui statusnya sebagai anak angkat, tanpa sadar ia mulai menjaga jarak dengan anggota keluarga lain yang tinggal serumah dengannya. Tahu dirinya berbeda, Kirito menarik diri dan melampiaskan emosinya dalam permainan game online. 
Hal itu sangat beralasan. Aku percaya masing-masing individu mengetahui kapasitasnya dalam suatu lingkungan. Ketika pada suatu tempat kita merasa tidak nyaman atau berpikir bahwa itu bukanlah tempat bagi kita yang sesungguhnya. Kecenderungan untuk menemukan 'tempat yang seharusnya' itu pasti ada, dan Kirito menemukan eksistensi dirinya yang sesungguhnya ada pada SAO.
Berlatih, mengasah kemampuan dan berjuang bertahan hidup. Kirito tidak pernah setengah-setengah dengan keputusan yang diambilnya. Menjadi seorang solo player, Kirito bebas mengembangkan skill dan memenangkan banyak pertarungan -yang tentu akan semakin memudahkannya 'naik level'.
Pertemuannya dengan Asuna sedikit banyak mengubah jalan hidup Kirito dalam SAO. Asuna-lah alasan Kirito tidak bisa membiarkan dirinya kalah. Ia harus menang agar bisa menemukan sosok asli Asuna di kehidupan nyata dan merealiasikan perasaannya.
Sugoi~~ Kirito wa sugoiii~~ *love love*
Ayo!!! >w<
"Hidupku adalah milikmu, Asuna."

Minggu, 18 Mei 2014

Tadaima to okaerinasai ne, Yugito-chan! :*

Yosh! Namanya Yugito. ‘Moyugito’, ‘Mogito’, ‘Momusaga’, dan ‘Mosava’ hanya sedikit dari beberapa pilihan nama yang sempat disandangkan pada boneka sapi berukuran jumbo itu.
Aryl memandanginya lama. Salah satu cita-citanya terkabul. Berhasil menebus boneka berwarna putih bersih dengan bercak hitam di beberapa bagian tubuhnya itu dan membawanya pulang.
Ia ingat begitu menginginkan sebuah boneka sapi--bukan panda, beruang, atau kelinci, tapi sapi--berukuran besar dengan kualitas yang tidak murahan. Dulu pernah ia menargetkan sebuah boneka sapi (female) berwarna merah muda seukuran tubuhnya di sebuah toko boneka. Karena banderol harga yang tidak bisa dibilang murah, Aryl harus ekstra menabung demi memilikinya. Namun, ketika akhirnya uang yang terkumpul sudah mencukupi tagihan, saat gadis itu kembali ke toko boneka, si sapi cantik sudah terjual. :(
Sementara boneka-boneka sapi kecilnya yang tidak bisa dibilang sedikit sudah memenuhi kamar. Ya, gagal memiliki yang besar membuat gadis itu melampiaskan cintanya pada boneka-boneka sapi imut mini, bahkan ada yang seukuran gantungan kunci.
si putih-hitam :*
Maka, ketika pada pemberhentian perjalanan dari Kota Malang menuju Mojokerto melintasi Pasuruan--di sebuah pasar dekat Masjid Cheng Hoo--ada toko boneka yang menjual si gembul empuk tersebut, Aryl ingin segera memboyongnya. 
Sempat ragu karena boneka sapi selain Yugito ada cukup banyak, ditambah yang semodel dengan sapi betina pink mirip yang pernah ia inginkan dulu, apalagi Yugito adalah yang tidak terbungkus plastik dan agak kumal (karena warnanya putih), namun pilihan tetap jatuh pada si putih gembul berpita merah unyu-agak-kumal-tapi-bisa-dicuci ini. 
Berkat satu kekurangan, Aryl membelinya dengan harga yang cukup murah, terlebih tokonya berada di pasar dan harganya boleh ditawar. Beberapa lembar uang merah sudah melunasinya. 
Selamat datang, sapi kesayangan! *big hug*

Senin, 12 Mei 2014

UB Malang: Bunkasai - Isshoni Tanoshimimashou

Isshoni Tanoshimimashou! Tema event jejepanganku yang kedua di 2014 ini. Nggak tahu  apa artinya, sih. Ehehehe... :P Entah kenapa, akhir-akhir ini aku begitu bersemangat berpartisipasi di berbagai kegiatan bersama komunitas. Walaupun aku nggak bisa dibilang pemula dalam event sejenis, tapi ini memang kali pertama aku (akhirnya) bisa berinteraksi secara langsung dengan member-member Mojokerto Animanga, yang untuk beberapa personil belum pernah kutemui sebelumnya.
Hontou ni gomen kudasai, Ricchan desu! Hajimemashite, yoroshiku onegaishimasu, minna! *bungkuk*
Me~nye~nang~kan! Selain terima kasih yang lebih-lebih, rasa bersalah juga nggak bisa lepas dariku kepada mereka. :'( Well, aku benar-benar sudah merepotkan senpai-senpai dan tomodachi Moxer Anima dengan mendadak berubahnya rencanaku secara sepihak. Aku yang sebelumnya terdaftar sebagai peserta genk bermotor mandiri, harus dibantu mencari barengan untuk berangkat, karena Hojo dibawa sama Okaa-san dengan Ai berangkat ke Malang duluan. >_<
Berboncengan dengan Alif-kun (kalau nggak salah, gomen to arigatou) kami mengambil rute luar lewat Japanan-Pandaan sementara beberapa anak motor yang lain memilih rute Cangar. He was very awesome when drove his bike. It was Supra! LOL
The girls
Memasuki UB, rupanya rombongan travel sudah datang, begitu pula dengan genk motor yang tadinya lewat Cangar. Sempat ada situasi saling cari. Sayangnya sebagian member memang sudah langsung menyebar, karena kebanyakan dari mereka adalah costplayer yang akan ber-costreet.

Seperti event-event jejepangan pada umumnya, costreet dipenuhi oleh para costpayer dengan kostum-kostum unik mereka, yang setahuku nggak jarang adalah buatan tangan sendiri, lengkap dengan segala macam asesoris pendukung yang super ketjeh. Selain costplayer yang meng-cosu-kan karakter anime, ada juga costwear, mereka-mereka yang senang tampil unik tanpa harus mengaplikasikan kostum/atribut khusus untuk menyamai suatu karakter. Versiku: mengenakan padanan pakaian apapun yang diinginkan dengan percaya diri. Apa aku juga sedang ber-costwear? ;)
Aku pribadi selalu kagum, selalu mengapresiasi tinggi-tinggi performance para cosplayer tersebut, baik yang full-action maupun sebatas pose. Kemarin bersama anggota divisi costplay Moxer Anima, aku mendapat banyak pengetahuan tambahan, bahwa menjadi costplayer memang sama sekali nggak segampang kelihatannya.
Yang selama ini kita tahu, costplayer-costplayer itu keren, ganteng-cantik, mirip-enggak sama karakter yang mereka perankan. Mungkin nggak terbersit, berapa banyak nominal yang mereka keluarkan untuk mendesain kostum tersebut hingga jadi semirip mungkin? Berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk menyiapkan kostum, membuat asesoris, dan latihan make-up? Make-up tools set juga nggak tiba-tiba saja dimiliki oleh pelajar. Mereka membelinya sesuai kebutuhan, meminjam dari orang lain yang punya, mereka mengusahakannya! Agar performance mereka benar-benar bisa total. Sugoi desu ne?


Dan aku percaya, kepuasan yang didapat saat bayangan di cermin menampakkan sesuatu yang kita idam-idamkan –persis sama, atau bahkan cuma sebatas menyerupai– nggak bisa dihargai dengan nominal berapapun. Itu kepercayaan diri, kebanggaan. Belum lagi saat masyarakat awam memuji dan ingin diabadikan posenya bersama. It’s awesome!
Pengalaman lainnya ketika aku terpisah dan iseng masuk ke sebuah gedung pusat kegiatan hingga lantai dua. Di ujung sebelah kanan dari tangga naik ada sebuah ruangan yang dikhususkan bagi para costplayer untuk berganti baju, make-up, dan berbagai macam persiapan lain sebelum mereka melakukan costreet. Super kuereeeeenn~~
I really wanted to take some of their pictures, but I was to speechless even just to say 'hi' to any of them. Omoo... >_< Cantik-ganteng dan keren-keren. Mau mati saking senangnya melihat karakter-karakter favoritku seperti jadi nyata. Costplayer-cosplayer itu sangat total!! :*
Sepi juga berkeliaran sendiri. Nggak lama aku memutuskan untuk kembali ke rombongan. Menurut rencana awal, pas dzuhur Ai sudah akan menyusul kemari. Menyusuri jalanan yang penuh dengan para Chara itu sensasinya luar biasa. It feels like you are in another world. A beautiful world of anime. A world of art. A world of fantasy. >w< Nggak henti-hentinya aku berdecak kagum. I'm so glad was born to be an animangania like this
Ai tiba juga meski sangat terlambat. Aku sedang mengagumi cosplayer Kirisuna saat dia menelepon, dan begitu kami bertemu aku segera mengajaknya hunting keduanya.

Belum lagi pukul 4 tapi aku harus segera meninggalkan venue untuk kembali pulang ke Mojokerto. Tidak bisa boncengan bareng teman-teman lagi, karena Okaa-san sudah menunggu di jembatan Suhat. Berpamitan ala kadarnya via sms kepada para senpai, dan beberapa cipika-cipiki dengan member yang kebetulan ketemu di perjalanan balik, dengan berat hati harus kusudahi petualanganku hari ini.
NARUTO: member Akatsuki-nya nyaris lengkap! keren!!

Curang nih! Minna take fotonya pas aku sudah pulang masaaa... :'(
Jya, matta ne! 

Jumat, 09 Mei 2014

Kembali Singgah

Senja lagi-lagi basah. Lagi-lagi juga Aryl melupakan jas hujannya di rumah. Untuk apa? Pikirnya. Toh, tadi pagi cerah sekali. :(

Sudah lewat beberapa belas menit dari jam pulang kerja dan gadis itu masih belum berkesempatan untuk pulang menembus derasnya hujan. Ya, masih terlalu deras. Sebentar lagi lah, minimal sampai tulisan ini selesai dan terposting

Aryl memandangi layar monitor yang memperlihatkan halaman sebuah blog pribadi miliknya. Setelah beberapa waktu lalu merubah satu kata pada judul blog tersebut, Aryl rupanya tak yakin dan kembali ingin menggantinya seperti semula. Dari 'Rumah Senja Kucing Hitam' menjadi 'Rumah Singgah Kucing Hitam' persis seperti saat blog tersebut dibuat. 
before
after
Sesuatu seperti 'singgah' sering diibaratkan layaknya sebuah pertemuan singkat yang rentan dengan perpisahan. Sebuah perjalanan yang kita tidak tahu akan berujung ke mana, dan terlibat dengan siapa saja. Bisa jadi itu adalah perjalanan yang biasa saja. Bisa jadi ada tawa dan duka di sana. Cinta? Barangkali juga. Tapi siapa yang berani memastikan akan berakhir dengan 'bahagia selamanya'? 

Lelah sudah Aryl menjalani hari demi hari. Tanggal, bulan, tahun datang silih berganti. Memang banyak yang berdatangan dalam hidupnya. Sebagian tinggal, tapi tidak sedikit juga yang pergi. Dan kenapa yang ia cintai justru harus termasuk dalam list mereka yang pergi? Kenapa mereka yang tinggal tidak kunjung bisa menggantikan kepergian cintanya?

Cinta yang singgah sementara, lalu pergi lagi untuk melanjutkan kisahnya sendiri. Apa sedikitpun tidak berarti? Semacam delusi, begitu? Tidak salah. Manusia memang cenderung hanya mau mengerti apa yang ingin mereka mengerti. Jika itu adalah sesuatu yang berbeda dengan pemikiran awalnya, maka itu salah. Tidak seperti itu. Yang sesuai dengan keinginanku-lah yang benar!

Senja ini pun sebenar-benarnya lukisan alam yang memperlihatkan keangkuhan matahari, sekaligus tidak menafikan kelemahannya. Matahari boleh jadi semega-meganya, yang paling benderang seantero angkasa. Tapi bisa apa ia saat malam tiba? Bulan dan bintang gemintang akan tetap terbit menggantikan tugasnya di kehitaman malam. 

Maka singgahlah. Kau boleh pergi karena sejatinya hatimu bebas berekspresi. Lalu saat kau sudah kalah oleh lelah, pulanglah. Pintu (hati)-ku selalu terbuka lebar untukmu. :))

Senin, 05 Mei 2014

Please God! Aku Ingin Dia

Jeng jeeeeengg~~
My very first anthology book has released already!! XD

Alhamdulillahirabbil'alamin... *sujud syukur*
Penantianku selama beberapa bulan belakangan ini akhirnya berbuah manis. Yup! Tadi pagi, tepat di hari pembuka minggu baru bertanggal cantik 05-05-14 ini, paket yang sudah lama kutunggu-tunggu datang juga. Paket kiriman dari Penerbit Diva Press itu berisi sebuah buku dan selembar sertifikat sebagai hadiah atas terpilihnya karya tulisku, bersama dengan 42 penulis lain yang nama akun twitternya mejeng di cover buku kumcer tersebut. 

Walaupun bukan pemenang dan hanya menyandang predikat nominator, tapi yang kurasakan saat ini benar-benar lebih dari sekadar 'senang'. Ya, ada rasa haru, bangga, deg-degan, tidak percaya, sangat sangat senang, luar biasa! Dari beratus-ratus kompetitor yang berpartisipasi dalam lomba, aku termasuk 43 orang beruntung yang karyanya dianggap memenuhi kriteria dan layak untuk diterbitkan. Bagi diriku, aku tetaplah seorang pemenang. 

Aku menang dari rasa minder pada kemungkinan diterima atau ditolak lagi-nya tulisanku. Aku menang dari deadline lomba ini. Aku menang dari keegoisanku untuk mau berkompetisi dengan banyak penulis pemula lain karena menganggap aku pasti lebih baik dari mereka (mohon maaf). Aku menang dari kegalauanku apakah menulis dengan tema seperti itu tidak akan membuatku malu atau nantinya tulisanku dianggap 'curhat'. Apalah itu, tapi dengan diterbitkannya buku antologi ini, berarti aku sudah menang! :D

Kurang ingat kapan tepatnya aku mengirimkan tulisanku untuk mengikuti event nulis bareng ini, dan bukan kali pertama sebenarnya, hanya saja memang baru sekali ini akhirnya salah satu karya tulisku bisa diterima dan kemudian diterbitkan, meskipun hanya berupa cerita pendek dan yang muncul adalah nama akun twitterku, @ercehauliyasari.
Kuucapkan selamat, kepada diriku sendiri. Eru, ini bukti bahwa kerja kerasmu akhirnya diakui. Orang lain akan segera tahu kompetensimu, apakah itu sesuai dengan yang kamu harapkan, atau kamu masih harus lebih banyak lagi belajar memperbaiki diri agar bisa semakin layak untuk lebih dekat dengan cita-citamu.

Jangan pernah mudah merasa puas, ini bukan apa-apa dibandingkan mimpi yang ingin kucapai. Masih jauuuh~~ sekali. Tapi ini adalah awal. Bahwa jika diusahakan dengan sungguh-sungguh, aku pasti bisa. :))

Semangat! Semangat!!

Sabtu, 03 Mei 2014

Farewell, Our Beloved Socialist Teacher...

Innalilahi wa inna ilaihi rajiun...

Telah kembali berpulang ke Rahmatullah semalam, Bapak Guru kecintaan kami semua, Pak Dani Ismail. Setelah berjuang keras menghadapi penyakitnya selama beberapa waktu terakhir, Allah rupanya begitu sayang pada beliau, sehingga tidak ingin Pak Dani mengalami penderitaan lebih lama lagi. 

Semalam, kabar itu begitu menusukku. Betapa tidak, beberapa hari lalu saat aku ngopi bareng teman-teman seangkatan, kami sempat mendapat informasi mengenai masalah kesehatan beliau dari Irene, salah seorang teman yang bekerja di rumah sakit umum tempat Pak Dani dirawat, dan kebetulan mempunyai adik yang juga opname di dekat kamar inap beliau. Pak Dani mengidap suatu penyakit yang penyerang paru-parunya hingga memperburuk kesehatannya. 

Irene menambahkan, bahwa setelah dirawat beberapa waktu di rumah sakit umum tsb, Pak Dani rupanya dirujuk untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut di RS. Dr. Soetomo Surabaya. Kami berempat sempat berencana untuk menjenguk beliau, sembari mencari tahu bagaimana pastinya kondisi Pak Dani, guru kesayangan kami itu. 

Beberapa teman kami yang lain bahkan men-jarkom-kan informasi mengenai ini kepada teman-teman lain melalui media sosial dan grup chat. Beberapa teman yang tidak tahu-menahu sangat kaget, tidak menyangka bahwa sosok guru sosiologi yang ceria dan aktif, sebagaimana yang kami semua ingat saat masih bersama di SMAN 3 Mojokerto, akan diberi cobaan semacam ini. 

Rencana hanya tinggal rencana. Beliau yang ingin kami jumpai untuk sekadar bertukar kabar sembari menyambung tali silaturrahmi, telah dikebumikan pagi hari tadi, sebelum kami sempat benar-benar bertemu dengannya. Betapa menyesalnya kami... Lebih-lebih aku yang telah banyak mendapatkan pelajaran hidup yang berharga dari Beliau. >_<

Aku ingat Pak Dani adalah satu dari tidak banyak guru yang dekat dan akrab dengan siswa. Mungkin karena usia beliau yang masih terbilang muda dan merupakan alumni Smaga juga. Pak Dani seperti memahami benar kemelut problema remaja SMA, sehingga tak jarang banyak siswa yang meminta mendapatnya tentang masalah mereka atau sekadar curhat. 

Demikian juga denganku. Lantaran seringnya iseng main di lab komputer -tempat Pak Dani sering terlihat- saat jam istirahat dan bahkan sepulang sekolah, lambat-laun Pak Dani mulai mengingatku. Bermula penasaran dengan apa yang kulakukan di sana saat siswa-siswa lain beraktifitas di luar, kami bercerita tentang banyak hal. 

Berbincang dengan Pak Dani serupa curhat kepada sosok kakak. Aku yang sulung selalu ingin memiliki kakak laki-laki, tentu sangat senang ada yang memperhatikan dan mau mendengarkan keluh kesahku. Entah tentang tugas sekolah, pekerjaan-pekerjaan organisasi, masalah keluarga, bahkan urusan hati mudaku. Beliau pendengar yang sangat baik, pemberi masukan yang bijaksana namun tidak arogan karena sama sekali tak ada kesan menggurui dalam setiap komentarnya. 

Ahh, Pak... Aku sudah mulai merindukan Bapak lagi... :'(
Selamat berpulang ke sisi Allah SWT, Pak Dani...

Semoga amal ibadah Bapak senantiasa diterima oleh-Nya, menjadikan Bapak ditempatkan di tempat terbaik di surga-Nya. Yakinlah Allah pasti akan memberikan kesabaran, keikhlasan, dan kekuatan pada istri, anak, dan orang-orang yang Bapak tinggalkan.

Banyak doa yang mengiringi kepergian Bapak. Airmata cinta dari keluarga, karib kerabat, sahabat, teman sejawat, rekan seprofesi, dan juga kami, siswa-siswi Bapak dahulu yang akan selalu menyayangi Bapak sekalipun Pak Dani tidak lagi berada di tengah-tengah kami.

Selamat jalan, Pak... Jangan lupa untuk minta disisakan tempat untuk kami di surga, ya. :')

Jumat, 02 Mei 2014

Keresahan Nada

Kepadamu, yang aku tidak akan pernah bisa merasakan apapun selain cinta, pastikanlah ini. Kamu boleh mencintainya sebuta-butanya hati, pun jiwamu. Tapi aku, yang sedetikpun tak pernah berarti lebih untukmu daripada sekadar teman –jika aku tak berhak menyebutmu ‘sahabat’– meyakini bahwasanya aku mencintaimu jauh lebih banyak dibandingkan cintanya padamu.
Aku sudah pernah bilang kan, Nada? Ada baiknya kamu mencoba melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Bukan berarti menimbang untung-rugi dari memercayai seseorang terlebih jika dia adalah seseorang yang amat kamu kasihi tapi sekali lagi, bersikap waspada dan mempersiapkan diri terhadap kemungkinan paling buruk, bukanlah suatu penistaan perasaan. Itu logika mencintai. 

Kamu begitu mencintainya. Aku pun tahu benar akan hal itu. Tapi Nada, apakah dia juga sedemikian dalamnya mencintaimu, sebagaimana besarnya rasa cintamu terhadapnya? Kamu pun mulai mempertanyakannya juga, kan? Tidak ada salahnya. Sangat manusiawi. Kamu berhak tahu, sudah cukup layakkah kamu dicintai olehnya, sekalipun kita sama-sama tahu, cintamu yang tumpah ruah untuknya tidak bisa disamakan begitu saja dengan sekilas kecupan yang ia jejakkan pada bibirmu. Atau memang yang demikian itu sudah cukup bagimu?


Pikirku, tiap orang yang tahu rasanya mencintai tentu pernah berharap untuk melabuhkan hatinya pada seseorang yang teramat ia cintai, satu-satunya. Tanpa harus takut akan berpisah/ditinggalkan. Tanpa perlu khawatir akan ada orang lain yang menggantikan dirinya dalam usaha mencintai dan membahagiakan orang kecintaannya. 

Apa begini sudah benar? Apa cintaku sudah layak untuk mencintainya? Bisakah ia sungguh-sungguh mencintaiku dengan segala kekuranganku, tanpa pernah berpikir akan menemukan sosok lain yang mungkin lebih baik dariku? Pastikah bahwa aku tidak akan ditinggalkan? Bahwa dia akan selalu ada di sisiku? Bersumpah setia pada kebersamaan sisa usia kita? 


Tidak akan ada selesainya, Nada...

Mencintai ya, sudah, mencintai saja... Aku tetap mencintaimu, sekalipun nyata-nyata kamu mencintainya. Tapi tunggu dulu! Aku pernah tetap mencintaimu, sekalipun nyata-nyata kamu mencintainya. 

Ya, Nada. Aku sudah memutuskan berhenti mencintaimu. Terlepas dari cinta tidaknya kamu padanya, pada akhirnya kamu memang tidak akan pernah bisa melihatku. Jadi bagaimana bisa kita bersama? Untuk itulah, aku melindungi hatiku sendiri, aku melindungi cintaku yang tidak pernah tersinkron pada perasaanmu. Sia-sia hanya akan membuatku berhenti melihat keindahan yang ada padamu, dan menggantinya dengan kebencian. Membenci, adalah satu-satunya yang tidak akan mungkin bisa kurasakan terhadapmu, sekalipun cinta untukmu pun tak lagi ada.


Tapi kamu tahu aku selalu ada di sini untukmu. Kapanpun, kamu akan selalu tahu di mana harus mencariku kala kamu membutuhkanku untuk sekadar mendengarkan kisahmu tentangnya. Tidak apa, jangan khawatir aku akan bagaimana-bagaimana. Kamu pun tahu, aku kan kuat! 


Bukannya aku membencinya, tapi bukan berarti aku suka padanya. Biasa saja. Bagiku ia cuma perempuan yang kamu cintai, itu saja. Mana mungkin aku cemburu padanya dan mendadak jadi sakit hati saat kamu membicarakannya denganku, kan? Baik sekali kamu memikirkan perasaanku sampai seperti itu. Tidak apa-apa, seperti yang selalu kubilang, aku kuat. Hatiku pun sama kuatnya. 


Doaku senantiasa besertamu, Nada. Apapun langkah yang kamu ambil: entah itu tetap bertahan dengan segala resiko atasnya, atau pada akhirnya kamu harus menyerah dan mengambil hikmah bahwa tiada hati yang benar-benar sempurna -termasuk hati miliknya-, aku akan tetap mendukungmu sepenuh hatiku.


Yang sabar ya, Nada...