Sabtu, 30 September 2017

WALK ON

Jadi, sudah berapa banyak bayimu di-bully oleh sekitar hanya karena lebih memilih tenang-tenang saja perihal progress tumbuh kembangnya?

Sudah berapa kamu galau terganggu dengan pikiran-pikiran: "kok anakku belum bisa gini, ya?" "kapan si baby bakal bisa kayak anak lain gitu?"

"Aris wis iso nyonggo gulu? Putune pak erte wis iso digendong ngarep,"
"Sudah bisa tengkurap, belum? Hayo dulu si xx usia segini sudah pinter tengkurap dan balik sendiri," "Belum bisa duduk sendiri, kah? Berapa bulan sekarang?"
"Aris ini emang nggak merangkak apa gimana? Kok malah berenang-renang di lantai."
"Jangan ngerangkak terus dong, dek. Itu temennya sudah jalan semua!"
"Masih dipegangin aja, sih? Nggak malu sama dedeknya yang 9 bulan sudah bisa jalan?"
 "15 bulan? Anaknya belakang rumah 16 bulan sudah pinter lari-larian sejak umur 10 bulan, dan sekarang sudah lancar ngomong."
Aku dan Aris sudah kenyaaaangg~~ makan bully-an dan alhamdulillah cukup bisa rasional meski sesekali galau. Dari awal memang sudah pasang mindset bahwa setiap insan itu unik. Setiap bayi itu spesial, nggak sama. Nggak bisa dan jangan disama-samain potensial dan progress tumbuh kembangnya.

Buncah bahagia dan haru berdesakan dalam dada, ketika tawa lepas, sorak sorai, ditambah tepuk tangan meriah mengiringi langkah-langkah kaki kecil Aris Cimbul menapak. Jejak. Berlepas tangan. Seorang diri. Anak lelaki kecintaanku akhirnya mampu berjalan di atas kaki dan kemauannya sendiri.
Perdana di rumah mbah uti,
disaksikan bunda, ayah, dan Tante Putri.
Senang? Tentu. Bahagia? Pasti. Lega karena sudah lepas dari gunjingan karena bayinya terlambat dan belum bisa apa-apa dibandingkan bayi-bayi lain seusianya?

Nope.

Aris belum berjalan sendiri pun nggak akan menyurutkan cinta kasih kami padanya. Tapi dengan ia sudah bisa berjalan, maka semakin kemandirian akan mudah ia raih. Aris yang sudah pintar melakukan berbagai macam hal sendiri, niscaya akan lebih mandiri, karena dengan berjalan ia akan lebih mampu melakukan hal-hal yang semasa merangkak belum bisa ia lakukan.

Dengan berjalan Aris bisa menyamai langkah-langkah kaki ayah dan bunda, bahkan mengejar. Aris bisa melangkah-langkahi barang-barang dan mainan yang menghalangi jalan tanpa perlu menyingkirkannya lagi. Aris juga makin mahir menaiki tangga menuju ke lantai atas, atau berjalan ke pintu depan untuk membukakan pintu bagi orang yang datang--tanpa perlu merangkak lagi... Aris bisa menjangkau benda-benda lebih jauh dari sebelumnya, lebih tinggi dari sebelumnya. Aris bisa mencari dan menemukan bunda yang nggak ada di kamar ketika Aris bangun tidur, mengikuti bunda ke dapur, bahkan menyusul masuk ke kamar mandi... Tanpa harus berkotor-kotor dengan merangkak. Itu semua karena kini Aris sudah bisa berjalan sendiri.

Bunda selalu sayang  dan bangga dengan apapun keadaan Aris sekarang, dan di masa mendatang. Nggak perlu dengarkan omongan orang lain yang nggak tahu kebenaran sejatinya. Cukup dengarkan, dan buktikan, bahwa meski tanpa bantuan dari siapapun Aris akan selalu percaya diri dan Allah selalu menyertai.

Terimakasih, sudah singgah dalam rahim bunda.


Peluk cium cinta,
Bunda.

Rabu, 13 September 2017

Aris Cimbul is 15 Months Old

Hari ini jagoan bunda sudah 15 bulan, dooong~
Bener-bener nggak kerasa, Cimbul sudah makin gede, makin pinter, bundanya juga makin kewalahan...
15 months old baby boy
Progress bulan ini cukup memuaskan. Cimbul sudah semakin aktif dan atraktif, rasa penasaran dan keingintahuannya kian besar, makin suka makan sendiri, semakin tahu keinginannya sendiri dan bagaimana untuk memenuhi itu. Makin mandiri lah. Komunikasi dan feedback-nya sudah cukup bagus dan sesuai, makin hafal rutinitas dan peraturan rumah juga.

Sementara jalannya makin mantap dengan jarak jangkauan lebih jauh, tapi yah, harus puas dengan semaumaunya Cimbul cause however doi belum siap(baca: belum berani) untuk jalan lepas tangan. Bicara juga masih tahap belajar, meski bunda sudah 90% yakin Cimbul bisa ngerti dan paham apa yang orang omongin ke dia. Bahkan sudah mampu menganalisa bunda/ayah sedang marah atau ngamuk atau pura-pura marah, Cimbul tahu bedanya. Reaksinya pun tepat.

Jadi suka kasihan dan menyesal kalau habis marahin Cimbul. Kalau malam mau tidur pasti cium-ciumin minta maaf sambil baper, kok jadi ibu anak baru satu aja jahat bener. Hiks...

Maaf ya, Sayang... Yang pinter dan nurut bunda makanya... *ehh*

Selamat ulang bulan, kekasih kecilku... :*

Senin, 04 September 2017

Imunisasi Campak & Rubella

Hi, there! What a monday~~
First monday in the new month means posyandu day~ and today Cimbul proudly had imunisasi MR, setelah bulan lalu kecele belum jadwalnya imunisasi. Kali ini demi antisipasi ayah diajak nemenin juga. Hehehe...

Prosesnya cepet banget, kok. Setelah absen seperti biasa, lalu nimbang dan ukur tinggi badan+lingkar kepala dulu sambil ngantri giliran vaksin. Bidan yang bertugas dari Puskesmas Kedundung, sudah familiar dan beliaunya cukup friendly.

Alhamdulillah, Mbul pinter nggak nangis, paling berontak dikit pas tangannya dipegangin kuat-kuat biar nggak gerak dan mengsle suntikannya. :'D

Usai disuntik ternyata kami belum bolehin pulang dulu, diminta nunggu kira-kira setengah jam untuk mengamati efek imunisasi. Jika normal dan aman-aman saja, anak sudah boleh dibawa pulang.
Selebaran imunisasi MR
Apa sih imunisasi MR itu?
Adalah vaksinasi terhadap virus campak dan rubella yang baru-baru ini mulai 'viral' di Indonesia karena dampaknya yang sangat serius, sehingga pemerintah mulai mewaspadai serta mengupayakan pencegahan penyebaran virus tersebut dengan sosialiasi dan imunisasi gratis bagi semua bayi, balita, dan anak mulai usia 9 bulan hingga 15 tahun per tahun 2017 selama bulan kampanye Agustus-September.

Siapakah yang berisiko terjangkit virus rubella?
Normalnya virus rubella bisa menyerang siapa saja yang kebetulan imunitasnya sedang tidak baik atau belum punya kekebalan terhadap virus tersebut. Namun lebih rentan terjadi pada anak usia sekolah dan ibu hamil. Virus memang tidak akan secara langsung menyerang si ibu melainkan janin yang dikandung. Naudzubillah min dzalik...

Apa kaitannya dengan anak-anak yang 'wajib' diimunisasi? Bukan ibu hamilnya yang divaksin langsung?
Mencegah lebih baik daripada mengobati, selain karena memang obat dari virus rubella saat ini belum ada.
Pada kasus orang normal (termasuk anak-anak usia sekolah) 'efek samping' dari virus tersebut cukup ringan dan tidak fatal, tetapi lain halnya jika yang tertular adalah ibu hamil (terutama trimester awal). Bayi berisiko terlahir cacat dengan kelainan bocor jantung, buta, tuli, hingga meninggal.
Awalnya mungkin sekilas nggak ada kaitannya antara anak-anak yang divaksin dengan ibu hamil yang tertular rubella. Namun faktanya anak-anak usia sekolah lah yang banyak berperan menularkan virus tersebut pada ibu hamil di sekitar mereka, seperti: ibu guru yang hamil, tetangga yang hamil, dsb.


Kenapa bunda Aris memilih pro dengan imunisasi dan segera membawa Cimbul untuk segera divaksin MR nggak lain atas kesadaran bahwa virus tersebut sangat berbahaya dan bahkan dapat mengancam keselamatan janin dari ibu hamil yang tertular rubella.
Nggak bisa bayangin lah, setelah 9 bulan hamil dengan segala tetek bengek menyertai lalu excited dengan jabang bayi yang akan lahir (apalagi anak pertama) namun alangkah hancurnya hati jika anak yang dilahirkan ternyata cacat dengan kemungkinan hidup yang juga begitu tipis. >_<

Lagipula insyaallah imunisasi yang digalakkan oleh pemerintah pastinya sudah digodok matang-matang dengan berbagai pertimbangan agar generasi selanjutnya akan selalu sehat dengan imunitas yang baik karena semakin berubahnya zaman, penyakit yang ada semakin beragam. Memang segala penyakit adalah dari Allah, demikian pula penawar/obatnya. Dan menurutku pribadi pro-imunisasi merupakan salah satu bentuk ikhtiar senantiasa ingin sehat dan terhindar dari macam-macam penyakit. Aamiiin...

Because, fyi, di luar sana (media sosial apalagi) masih banyak debat mengenai imunisasi--yay or nay to do--dengan berbagai macam alasan dan argumentasi yang seringkali menjatuhkan lawan bicara. Bahkan di lingkungan keluarga sendiri juga ada beberapa yang terang-terangan menolak anaknya diimunisasi. Sekalipun sejak bayi!

So, jadi bunda cerdas, yuk! Dengan mulai membiasakan diri mencari informasi yang valid dan tidak langsung percaya pada satu sumber saja, serta tidak mudah diprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab--yang menyebarkan berita bohong(hoax). Demi kehidupan masyarakat yang lebih baik, yang saling menjaga, dan senantiasa sehat.


Salam imunisasi.
Bunda Aris Cimbul