Selasa, 21 April 2015

Anniversary Kita, Kapan?

Sekalipun nggak dicatat di agenda atau reminder, aku nggak akan mungkin lupa kalau setiap tanggal 21, aku dan Kak Anto terbiasa saling bertukar "Happy [...] month anniversary" dan sudah berjalan selama sebelas bulan belakangan. Yups, 21 April 2015 bertepatan dengan Hari Kartini ini, kami resmi terhitung sebelas bulan menjalin hubungan.

Hahaha "ditunda", katanya.
22 Maret 2015 lalu, sehari setelah 10th month anniversary kami, aku dan Kak Anto melangsungkan lamaran, yang memang sengaja dibarengkan dengan momen ulang tahun ke-24-ku. Jadi, apakah anniversary kami pada April ini berada di tanggal 21 atau tanggal 22-nya? Hehehe... Both of those days are our anniversaries. Tanggal 21 untuk 11 bulan menjadi kekasih, dan tanggal 22 untuk 1 bulan sebagai calon istri. :*

But never mind, tolok-ukur cinta bukan dari rutin-nggaknya suatu pasangan ber-anniversary, kok. Yang penting cintanya, sayangnya, hangat perhatian dan kesetiaannya. *tsaaah* Apalagi bulan depan, dipastikan kami akan punya satu anniversary yang berbeda tanggal lagi. Hihihihi...
(♡˙︶˙♡)

Nggak sampai sebulan menjelang pernikahan, di detik ini akunya masih relatif woles. Ya bagus kalau bisa begini terus hingga hari-H, daripada tahu-tahu jadi nerveous dan malah bikin kacau pas acara? Naudzubillah...

Dan... Ini ya, terkait persiapan batin dan mental, aku sungguh-sungguh (jadi) percaya bahwa semakin dekat dengan suatu hajat (pernikahan, misalnya), akan adaa~ saja permasalahan dan perselisihan terjadi, terutama bagi kedua calon mempelai dan keluarga. Entah itu hal yang remeh-temeh bahkan sampai bawa-bawa prinsip pribadi. Serius!(>ะด<)

Aku pun mengalaminya. Rangkaian proses tersebut. Kak Anto yang tiba-tiba (menurutku) jadi menyebalkan; situasi kantor yang sedang tegang-tegangnya; bertengkar dengan Sissy; cekcok dengan Ibuk; dan banyaaak~ hal kecil-kecil tapi supeeerr bikin badmood. Kurasakan aku pribadi cenderung jadi lebih sensitif dan pemarah. Mulanya nggak begitu kentara, tapi kalau dipikir-pikir lagi (dengan kepala dan hati yang dingin, tentu) bukan nggak mungkin sejumlah 'kerikil' hingga 'batu kali' -yang 'Dilemparkan' bertubi-rubi tepat ke wajah- itu merupakan bentuk ujian dari Tuhan terhadap kesiapan emosiku.


Menikah (seharusnya) sekali untuk seumur hidup. Pasangan kita mulanya adalah orang asing, bukan? Dalam kurun waktu yang seringkali nggak sampai separuh bahkan seperempat usia kita, sudah yakinkah ingin menghabiskan sisa hidup dengan seseorang yang sama nan 'itu-itu saja'?

Efek ajaibnya, kita akan dengan mudah menemukan ketidaksesuaian/ketidakcocokan terhadap pasangan, berikut segala tetek-bengek kekurangan dan kelemahan yang kian mengurangi pesonanya di mata kita.
"Yakin nih, mau nikahin yang kayak gini?"
Kita cuma akan fokus dengan sisi negatif pasangan dan lupa untuk memantaskan diri juga. Pede sekali bilang situ yang terbaik bagi dia? Yakin, di luar sana nggak ada lawan jenis yang lebih baik, tapi bagaimanapun dia tetap memilihmu sebagai teman hidupnya? ;)

Mungkin itulah sebabnya di era lama, ada suatu ketika kedua calon mempelai harus 'dipingit' atau melakukan 'pingitan', dilarang bertemu dalam kurun waktu tertentu hingga hari pernikahan tiba. Bisa jadi tujuannya memang untuk meminimalisir 'goncangan' jiwa yang berpotensi menyesatkan tersebut. Pernah menghitung banyaknya kasus hubungan berantakan di detik-detik terakhir jelang momen penting? That's too bad even to imagined. :(

Jaga hubungan. Tetap saling cinta. Percaya, menghormati, setia, dan berusaha menjadi yang terbaik. Fighting! ^0^)9

Tapi semakin diragu-ragukan, aku justru semakin yakin kalau aku ini takdirmu, Chagi. :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

It's my pleasure to know that you've left a comment here. Arigatou~~ *^_^*