Selasa, 22 April 2014

Rain of 22nd

Saat aku menuliskan ini, aku tahu aku sedang tidak baik-baik saja. Semalam entah karena apa, tenggorokanku tiba-tiba sakit sekali dan aku batuk hingga sore ini. Lebih-lebih pening di kepala yang sejak Hari Minggu belum juga sirna. Apalagi luka menganga di hati ini. The worst thing.

Di luar sana hujan sedang lebat-lebatnya, saat jemariku mengetikkan ini secara live, jarang-jarang. Hari ini semuanya begitu kacau balau, kecuali satu hal: sesore ini, saat senja belum memerah pun, aku sudah rindu rumah. Ingin secepatnya bertemu bantal-guling-selimut, bermalas-malasan melanjutkan episode anime 'Ao No Exorcist' dan 'Soul Eater' yang sejak beberapa hari lalu langsung kugemari.

Aku seharusnya beranjak matang dan masih menggantungkan mood pada film anime? Yes, I am. You don't want to know how suck my real life is. Everything just doesn't work as it should be. So annoying!

Katakan ini curahan hatiku, sampah segala unek-unekku. Whatever! Aku benar-benar muak pada kehidupanku belakangan. Well, not really, karena bagaimanapun aku selalu bisa menghibur diriku seperti yang selama ini selalu kulakukan. Aku memang hidup untuk diriku sendiri, melakukan apapun yang kusuka.

This recent days, I spent my whole times by preparing my short-stories for #KampusFiksi, maybe I'll tell you the details on next posting (remind me). I wrote, wrote, and wrote. Read, read, and read some other novels for references also. Haunted by deadlines. That was crap! I know that I always want to be a writer, a novelist. But these weekdays of work and so many duties made me didn't have much time for doing my favor. Writing, nor reading.

Aku sangat kesulitan membagi waktu. Bekerja untuk hidup, atau hidup untuk bekerja? Aku tahu ini bukan bidangku. Hanya saja, aku ingin menyeriusi dan lebih bertanggung jawab, meski sampai kapanpun aku yakin tidak akan pernah 100% menyukainya, apalagi sampai mengabdikan diri di dalamnya. HELL NO!!

But somehow, speaking is easier than doing. It is for me. The practice is I can't even dump this job even it couldn't give me much effort as compensation. Ironic? Most parts of my life consists of tragedies and curses, some of them are unforgivable mistakes.

Kuberitahu (profesi)cita-cita lamaku: seorang dubber, penulis, penyanyi. Yang mana di antara mereka yang mungkin bisa benar-benar terwujud? Sedemikian absurd-nya kah? Setidak-pantas aku untuk bermimpi? Orang-orang sering sekali mengataiku, "Kamu terlalu hidup di dalam mimpimu sendiri," "Oh, bangun! Ini kenyataan yang tidak seperti mimpimu!" "Ini dunia nyata, bukan dunia mimpi semau-maumu!" "Jangan mimpi! Ini jelas-jelas siang bolong!"
Nah?

Siapa yang salah? Ahh... andai saja kau tahu apa yang terjadi padaku yang kala itu 15 tahun. Yang dihujat habis-habisan impiannya, karena terlalu tidak biasa. Tidak lazim. Karena yang di luar 'biasa' itu tidak pernah baik, tidak pernah ada harganya.

"Kenapa tidak bisa seperti si A?"
"Lihat, si B itu juga seorang anak, pelajar, dan dia tidak sepertimu,"
"Cobalah kau teladani si C itu!"

Apakah aku bukan anak baik karena menolak untuk sama dengan A, B, atau C? Karena aku adalah aku. Aku bukan mereka.

Mungkin juga ini tentang beberapa  oknum akun Facebook super-duper-amat-sangat-sungguh-menyebalkan-sekali, yang keberadaan mereka saja sama sekali tidak pernah terpikirkan olehku, apalagi kuharapkan kemunculannya.

But they really are... Sucking my days more and more... As I've said many times before, I don't know you, don't even want to know who the hell you are, I just dislike you for any reason. Would you like to piss-off, please? Before this 'dislike' turns into 'hate'. For God's sake!! That's why I've been starting to hate Facebook after all. Because of those persons' appearance. What a jerk! 

Rasanya hujan seringkali turun seiring perasaanku yang buruk, memburuk. Seperti senja ini saat aku tidak tahu harus menuliskan apa karena yang ada dalam pikiranku hanyalah umpatan, celaan, protes...

I just wanna live my life in my own way. And I do know it wouldn't easy as it's heard. Life must going on, I should be moving on. 
Karena hujan tidak akan menderas selamanya. Hujan lebat nyaman sekali untuk bergelung di tempat tidur. Gerimis bisa membangkitkan perasaan menyenangkan jika disandingkan dengan kopi panas di tengah-tengah perbincangan dengan seseorang. Pelangi itu pasti ada. Entah merah-kuning-hijau, atau mejikuhibiniu betulan, pelangi pasti untuk mengindahkan hari sisa hujan.

Kapan hujan ini akan berhenti? Kapan hujan deras dalam hatiku akan mereda, lalu muncul pelangi? It will...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

It's my pleasure to know that you've left a comment here. Arigatou~~ *^_^*