Jumat, 21 Februari 2014

14 Februari 2014 - From Mojokerto to Surabaya With Love

Sudah direncanakan jauh-jauh hari, Ai, adikku pingin banget menghadiri acara yang diadakan Penerbit Haru bertajuk #HaruRoadShow, sebuah event Meet & Greet yang memungkinkan fans/readers bertemu dengan authors yang nggak lain adalah para penulis (muda) berbakat idola mereka.

Setahuku Ai memang penggemar berat Kak Orizuka. Ia punya banyak sekali novel-novel karyanya, yang menurutku pribadi nggak ada yang nggak bagus. Koleksinya sudah hampir lengkap. Ia bilang cuma tinggal satu judul novel saja yang nggak ia miliki, sebuah novel terbitan lama.

Maka anak itu sengaja minta tukar jadwal shift kerja, yang semula libur pada Hari Rabu, dia tetep masuk, dan Hari Jumat-nya ia bisa terbang bebas ke Surabaya. Hahaha... Dasar! Ya, deminya (demiku sendiri juga) aku ikut-ikutan ambil cuti. Tentu saja, bagaimana Ai bisa ke Surabaya tanpaku, kan? :Dv

Seperti sudah kebiasaan, kalau besoknya mau ada rencana atau acara penting, aku malah makin susah tidur. And I was writing my short-story project featuring Ai, yang digagas oleh Nulis Buku. Lagi-lagi aku harus mengejar waktu karena deadline-nya besok! Sempat ke-gap sama ibuk yang tiba-tiba terbangun tengah malam dan menemukanku belum tidur sama sekali. Beliau marah dan mengancam kami batal ke Surabaya kalau nggak segera naik ke tempat tidur.

Sebelum tidur aku sempat online Shiroyuki, kala itu timeline sedang ramai masalah Gunung Kelud di Kediri yang akhirnya meletus setelah beberapa waktu berstatus siaga. Ketika akan mencari berita lebih, aku malah ketiduran. Pagi-pagi pas mengeluarkan motor dan hendak menyapu halaman, tahu-tahu semua yang ada di luar menjadi bernuansa abu-abu. Berdebu. Aneh banget dilihat. Rupanya debu abu vulkanik yang disebabkan letusan Gunung Kelud semalam benar-benar berefek sampai depan rumah. Luar biasa!

Beberapa jam setelahnya acara berita di TV masih banyak menyiarkan tentang peristiwa abu vulkanik pasca Gunung Kelud meletus, yang ternyata terjadi di hampir seluruh Pulau Jawa, Madura, Bali, dan sekitarnya. Begitu juga dengan yang dinamakan 'hujan abu'. Kota Sidoarjo dan Surabaya mengalaminya dan pemerintah mengimbau kepada masyarakat di daerah tersebut agar sebaiknya tidak keluar rumah dulu sampai situasi benar-benar aman. Karena abu vulkanik itu sendiri disebut-sebut sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

Aku panik. Padahal kurang dari delapan jam lagi aku sudah harus berada di Surabaya kalau nggak mau ketinggalan #HaruRoadShow yang sudah kami tunggu-tunggu. Berbekal niat dan tekad, doa (juga nekat) aku dan Ai pun berangkat usai sholat dzuhur. Sekitar jam 1 siang, betul-betul molor dari perkiraan yang semula paling lambat jam 12 kami harus sudah keluar dari rumah. Selain untuk menghindari macet dan cuaca yang panas (menurutku) kami sengaja berjaga-jaga barangkali ibu mengurungkan ijinnya setelah nonton berita mengenai hujan abu di TV. Tapi syukurlah ibu tetap mengijinkan kami berangkat dengan semangat. (^0^)9

Perjalanan Mojokerto-Surabaya memakan waktu kurang lebih 45 menitan (sampai Cito) dan butuh sekitar 30 menit lagi untuk tiba di tempat yang kami tuju, Mall Tunjungan Plasa. Arus kendaraan di sepanjang perjalanan sangat sepi, aku baru sadar kami jarang berpapasan dengan banyak pengguna jalan lain apalagi sampai terjebak macet. Sungguh berbeda dengan biasanya, jalan tol menuju Surabaya yang hampir selalu padat kendaraan.

Cuaca Surabaya ekstrim sekali~~ Setelah sebelumnya menembus hujan abu selama 20 menitan, beberapa meter jelang masuk Surabaya pun hujan turun cukup lebat menggantikan angin lengket yang menerbangkan debu vulkanik sepanjang separuh perjalanan menuju Surabaya. Alhasil hampir sekujur tubuh kami yang berbalut jas hujan kuyup, dan tragis karena debu dan air menghasilkan kotoran yang mirip lumpur. Seolah kami habis berkubang di kali atau apa.

Ai parah! Dia lupa lokasinya, Tunjungan Plasa atau Plasa Surabaya? Anak itu segera cek ulang ponselnya, berharap nggak lupa menyimpan foto pamflet acara ini. Dan benar saja, Tunjungan Plasa! Kami baru melewatinya dan terpaksa kudu putar balik lagi. Sial nggak hanya sampai situ, Tunjungan Plasa(TP) punya banyak pintu masuk yang membingungkan kami, yang baru kali pertama ini datang sendiri ke sana. Gimana nggak? Parkir mobil sendiri, sekalinya ada parkiran motor ternyata parkiran milik perusahaan yang kebetulan lokasinya juga di situ.


Parkiran motornya ada di pintu masuk paling kiri, menembus sampai bagian belakang mall supergede, masuk lebih dalam, lewat gang sempit, dan berujung di sebuah lapangan(kataku) outdoor berpaving nggak rata lengkap dengan genangan air pasca hujan di mana-mana. Yaiks! Nggak ada tukang parkir yang bantuin kami nyari lahan kosong untuk parkir, lapangan itu sendiri nyaris penuh dan kami nggak melihat ada pilihan lebih aman selain menyurukkan Hojo secara random di antara celah-celah motor lain yang tersisa. :(


TP ini ada berapa?? Aku dan Ai dengan polosnya ngikutin mbak-mbak masuk dari pintu basement ke dalam mall, lalu galau. Ada TP1, TP2, hingga TP3. Dan tiap-tiap TP punya Gramedia sendiri-sendiri. Nah, kita menuju Gramed yang manaa?? Akhirnya setelah cukup lama putar-putar, kami menemukan lokasi acara. Dan yah, sudah mulai dari tadi~~ T___T

Kami segera menyusup di antara pengunjung-pengunjung yang sudah memadati toko buku Gramedia sebagai venue penyelenggara. Berusaha fokus beradaptasi dan mengikuti serangkaian acara yang telah berlangsung.

Ini benar-benar kali pertama aku bertemu dengan para penulis yang novel-novel karya mereka sering kubaca. Ada suatu perasaan yang nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata. It's just too awesome! Secara mereka ini kan semacam selebriti dalam dunia tulis-menulis fiksi.

Ada segmen tanya-jawab, lalu aku ikut mengajukan pertanyaan buat para penulis, "Ketika saya mulai menulis, saya akan mencari referensi dan bisa jadi terinspirasi oleh tulisan karya penulis lain yang saya idolakan. Bagaimana kiatnya agar tulisan saya tidak terlalu 'serupa' dengan tulisan orang lain, sehingga terhindar dari plagiasi?" aku kan suka terpengaruh dengan gaya bahasa orang lain kadang-kadang. -___-
Dari kiri bawah berputar searah jarum jam: Kak Lia Indra IndrianaClara CancerianaFeiAndri Setyawan, dan Orizuka. :*
Inti dari jawaban yang diberikan para penulis tentang pertanyaanku, bahwa menulis ya tinggal menulis saja. Sebagai pemula, terpengaruh gaya bahasa penulis lain itu wajar. Bahkan sebagian besar orang melakukannya. Ketika kita baru saja mendapat 'pencerahan' yang menginspirasi, kita pasti ingin membaginya juga kepada orang lain, dan otomatis apa yang kita sampaikan kurang lebih sama dengan asal kita mendapat informasi tersebut. Seiring berjalannya waktu, jika sudah mahir, penulis pasti akan menemukan gaya bahasanya sendiri. (ini gaya bahasaku. hahaha)


Ai pun memenangkan beberapa kuis tanya-jawab yang diberikan panitia. Keren sekali rasanya mengetahui semua yang hadir menatap Ai takjub lantaran ia membawa semua koleksi novel terbitan Haru miliknya. SEMUA. Ia serius ingin meminta tandatangan bagi seluruh novel-novelnya. Daebak!! *plokplokplok*

Acara diakhiri dengan foto bersama dan booksigned. Luckily Ai yang membawa serta semua novelnya, sudah pasti ia mendapatkan semua tandatangan penulis yang hadir di sini. Sekaligus, menjadi top-reader paling hebat dan nekat! Ya, karena berkat keras kepalanya-lah dia jadi mendapatkan perhatian dan apresiasi lebih dari semua orang. Chukkae!
Banyak sekali ilmu dan pengalaman yang didapat di sini. ^_^
Baru nyadar kalau warna pakaianku sangat eye-catching ^///^
Combo Beef dan Double Chocolate
Begitu selesai acara, aku menggelandang Ai untuk mencari snack corner demi membelikan sesuatu untuk perutku yang mulai keroncongan. Kami galau lagi. Sempat tersesat, kami berdua dibuat bingung dengan berbagai macam pilihan makanan dari yang ringan sampai berat beserta variasi harganya.

Hingga lelah berjalan, kami lalu berhenti di counter makanan paling sudut yang menjual aneka Crepes dengan banyak pilihan rasa.

Di luar perkiraan, niatku ingin sekalian diner di Oost, tapi keburu kelaparannya di sini. :( Sementara lagi-lagi baru teringat naskah yang belum selesai dan hampir mencapai tenggat waktu. Maka sembari menunggu pesanan kami datang, aku nekat menyalakan laptop (yang sengaja dibawa dan syukurlah berguna), mencoba merampungkan naskah yang tinggal finishing.

Bertolak ke Oost Koffie and Thee untuk berpartisipasi dalam #MalamPuisi namun terlambat. :( Ini semua gara-gara polisi jayus yang menilang kami di perjalanan sepulang dari TP menuju Kaliwaron. Yess, kuakui aku lupa jalan dan nyasar. Mohon maklum, sudah lama kami nggak ke Surabaya dan hari sudah malam saat kami mencoba mencari jalan yang benar, namun takdir Allah berkata lain: ya kami harus menghadapi para polisi yang terang-terangan minta keuntungan pribadi dari kami itu. Dasar! :'(

Terlalu sungkan untuk tiba-tiba bergabung. Acara #MalamPuisi start pukul tujuh, sementara kami baru tiba di TKP jam setengah delapan lewat. :( Apa boleh buat, untung saja masih ada seat tersisa di indoor, jadinya kami langsung memesan sesuatu karena sudah sangat-sangat lapar! >_<
De Haven Van Rotterdam feat Gebakken Pannenkoek yang yummyyy :9
Chocolate coin charity for Kelud's victims.
Waktu sudah menujukkan pukul sepuluh malam dan kami masih belum beranjak dari sofa hommy-nya Oost. Kafe ketjeh itu juga masih ramai pengunjung, tapi sepertinya sudah hampir last order. Sebelum beranjak seorang punggawa menghampiri meja kami, membawakan seporsi Siomay Eyang Dielus 'take away', oleh-oleh untuk ibu di rumah karena kami gagal mendapatkan roti goreng pesanannya.

Alhamdulillah perjalanan pulang sangat lancar. Kami mendarat dengan selamat di rumah pas jam 12 tet. xD Aihh, senangnya... Kapan bisa mbolang gini lagi, ya? ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

It's my pleasure to know that you've left a comment here. Arigatou~~ *^_^*