Kamis, 22 Mei 2014

Rekonsiliasi #22nd

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa-apa yang kuinginkan, segala yang kuperlukan, dan semua yang terbaik bagiku. Berikan padaku apa yang Engkau Ridhai untuk kumiliki, dan jangan biarkan aku mendapatkan sesuatu yang sesungguhnya bukan menjadi hakku. Aamiiin...
Selalu kuulang-ulang doa yang sama pada setiap kesempatanku bertemu Tuhan. Entah sudah berapa kali aku selamat karena kasih sayang-Nya. Maka, tak lagi kumiliki keraguan sedikitpun terhadap rencana-Nya. Yang terjadi, terjadilah. Semua akan tiba pada masanya masing-masing. 

Bahagia sudah bisa kurasakan hanya dengan kemampuanku membuka mata dan menghirup wangi dunia. Betapa tidak? Mengambil nyawamu selagi tidur bukanlah hal besar bagi-Nya. Lalu ketika kamu masih (diiijinkan) bangun keesokan harinya, tidakkah rasa syukur itu melekat erat pada urat nadi lehermu?

Kupu-kupu hitam masih menjadi kecintaanku. Sekalipun ia berada di tempat yang jauhnya tidak terukur olehku, tapi hati ini masih menyimpan cinta dan rindu untuknya. Namun sekalipun aku masih bisa menyapanya sesekali di bbm dan fb, melihat apa yang sedang ia lakukan, bagaimana kabar hatinya, tidak bisa kupungkiri aku tetap merasa jauh. Jauh sekali. Kondisi ini jauh berbeda dengan apa yang pernah aku harapkan atasnya dahulu.

Aku mencintainya. Sangat. Sungguhan. Tapi lalu aku belajar, bahwa memang ada hal-hal yang tidak bisa dipaksakan enak kita -manusia- terhadap kehendak Tuhan. Aku mencintainya. Tapi jika Tuhan tidak meridhai aku bersamanya, aku bisa apa? Bisa apa aku selain memohon kepada Sang Pembolak-Balik Hati untuk mengembalikan hatinya padaku? Bisakah semudah itu? Memangnya siapa diriku? Berani benar memaksakan keinginan rendahku pada-Nya, mengancam akan melakukan sesuatu pada hidupku jika Ia tidak kunjung berkenan menyatukan hatinya dengan milikku. Kenyataannya, aku memang tidak lagi berani untuk memintamu kembali padaku. :(
Ya Allah, jika dia kelak memang jodohku, maka percepatlah perjodohan kami. Jika dia bukan jodohku, mohon jodohkan aku dengannya. Jika harus dengan selain dia, jodohkanlah aku dengan seseorang yang mirip dengannya, yang berpribadi serupa dengan dia. Intinya, ya dia saja, Ya Allah...
Hahaha... Intinya sama saja. Tapi jika hal demikian betul-betul boleh terjadi, aku semakin dekat dengan doaku, kenapa aku justru merasa ragu? Jika kamu, yang kuinginkan untuk menemaniku bersama-sama menghabiskan sisa hidup kita, didekatkan seperti ini oleh-Nya, bolehkah aku bergembira? Bisakah aku menganggap apa yang kita bicarakan semalam, benar terjadi dan sungguh-sungguh nyata?

Insya Allah, aku tetap ber-positive thinking dengan segala ketentuan-Nya, tapi, ijinkan aku tetap menjaga hatiku sesuai hakikat-Mu, Ya Allah. Agar ia tidak kembali merasakan pedihnya terluka, pun memelihara cintaku pada-Mu yang seharusnya memang dinomor-satukan lebih dari apapun. Ijinkan aku belajar menerima dan mencintainya karena-Mu. Bismillah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

It's my pleasure to know that you've left a comment here. Arigatou~~ *^_^*