Minggu, 21 Februari 2016

Surat Abadi

Dear, Rabb...

Aku berusaha bicara padaMu seperti bernapas. Meski sedikitnya bertatap muka lima kali sehari, bagiku kecukupan perbincangan kita tak pernah ada. Ada banyak hal yang ingin kukatakan--aku tahu Kau tahu--namun karena saking serakahnya tentang mana yang lebih dulu kuminta, pertemuan kita kadang sehampa udara. Aku ingin Kau mendengarkanku, tapi tak jarang dirikulah yang tergesa beranjak dariMu.

Tak perlu kukatakanpun Kau sudah tahu. Tentang apa-apa yang menyesakkan dada, badai prahara yang meraja, cita-cita tak sesuai realita, serta harapan dan keinginan yang kian lapuk menumpuk menanti keajaiban. DariMu.

Berlutut. Bersujud. Menyerahkan segala kemungkinan pada tangan-tangan rahmat. Adakah yang bisa kulakukan tanpamu, Tuhan? Ahh, tapi siapalah aku ini yang cuma seorang hamba bersimbah dosa tanpa kuasa apapun di hadapan pencipta.

Terima kasih atas segala nikmat yang Kau limpahkan padaku dan keluarga, termasuk napas ini, hidup kami hari ini, dan apa yang telah Kau izinkan untuk kami miliki. Ampunilah segala salah dan khilafku, Gusti. Ampuni dosa kedua orangtuaku, saudara-saudaraku, keluargaku--dosa orang-orang yang kusayangi dan menyayangiku. Lindungilah di manapun kami berada, jauhkan dari marabahaya. Bantu kami untuk menyelesaikan segala permasalahan hidup kami. Mampukan kami untuk mewujudkan mimpi-mimpi, harapan, cita-cita, dan rencana kami bagi masa depan yang lebih baik lagi. Penuhilah jiwa-jiwa kami dengan rasa syukur, jauhkanlah dari segala bentuk penyakit hati.

Engkau Maha Tahu segala yang kuinginkan, yang kubutuhkan, dan yang terbaik bagiku.

Tuhan, isi doaku memang hanya itu-itu saja. Semoga--meski tidak harus hari ini--sesegeranya hari perwujudan segala harapanku akan segera tiba. Aamiiin...



Atas sajadah, 21 Februari 2016
HambaMu

#30HariMenulisSuratCinta Hari Ke-22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

It's my pleasure to know that you've left a comment here. Arigatou~~ *^_^*