Kamis, 04 Februari 2016

Waktu Istirahat Makan Siang

Hai! Aku sering melihatmu beberapa waktu terakhir di daerah sekitar tempatku bekerja. Kau yang setiap jelang siang duduk sendiri di tembok tepi sungai, mau tidak mau tertangkap inderaku yang hampir setiap hari pula melintasi ruas jalan itu untuk membeli makan siang di sebuah warung kecil di ujung jalan.

Mungkin sedikit tidak sopan, tapi boleh kutahu apa yang kau lakukan di sana? Setiap hari. Seorang diri. Tidakkah terik matahari yang pasti tengah panas-panasnya, akan sangat melelehkan peluh? Belum lagi kotor debu udara dan bising dari kendaraan yang berlalu-lalang. Sungguh kau tidak terganggu dengan itu? Bagaimana dengan para ABG yang juga suka numpang pacaran si sana. Tak membuatmu risih sama sekali juga?

Ya, itu memang terserahmu. Sama halnya dengan terserahku untuk tetap memerhatikanmu yang tetap tak beranjak dari tempatmu duduk--sejak aku melangkahkan kaki masuk warung, memesan makanan, membayar, lalu sudah akan kembali ke kantor. Kau tak bergerak sedikitpun dari situ. Kukuh menatap nyalang Sungai Brantas berarus sedang tepat di depanmu. Apa sih, yang sedemikian seriusnya kau lihat?

★★★

Sudah beberapa hari ini aku tidak melihatmu. Dirimu yang biasanya menanti kepulanganku, ada di manakah sekarang? Sepi rasanya menatap bangku kosong tanpamu duduk di sana. Sendirian menungguku sambil membaca buku sembari sesekali merapikan rambut yang ditiup angin petang dengan jemari.

Lelahkah kau?

Tapi mungkin itulah yang terbaik, pikirku. Sesak menahan rindu karena tidak bisa melihatmu, samakah dengan dukamu yang terus menunggu, meski kita tetap tak dapat bertemu?


Hei, aku sudah tak lagi ada di sana, kau tahu. Jadi Sayang, berhentilah menunggu.



Penantian panjang, 4 Februari 2016
Yang sudah pergi darimu

#30HariMenulisSuratCinta Hari Ke-5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

It's my pleasure to know that you've left a comment here. Arigatou~~ *^_^*