Jumat, 14 Juni 2013

14 Mei 2013

SECRET ADMIRER

Cahya-oppa datang lagi. Dia tidak mau jadi L lagi, setelah kemarin Sari meneriakinya heboh demikian rupa. Tapi malam ini dia masih manis, dan memang selalu seperti itu. Di mata hati Sari, Cahya memang selalu sempurna.
Malam ini hangat. Akan sangat sayang jika mereka langsung pulang. “Emang bisa ketemu Oppa itu gampang !” Sari pasti akan merajuk jika Cahya menolak menemani lebih lama. Cahya yang masih dengan flu dan sariawannya, tapi mengiyakan ajakan Sari untuk mampir ke Green Cafe sejenak.
Beriringan mereka memasuki tempat minum yang juga lokasi nongkrong berbagai kalangan itu. Cahya mengedarkan pandangannya sejenak. Suasana cafe sedang cukup ramai. “Mau duduk di mana, Yang ?” Tanyanya pada Sari yang masih memindai beberapa meja kosong tersisa. Mencari posisi paling pewe.
“Di meja situ aja, Oppa.” Jawabnya menunjuk meja untuk dua orang yang dekat dengan pintu. Cahya mengangguk. Berjalan santai meraih salah satu kursi lalu mendudukkan tubuhnya di sana. Sari menarik kursi yang lain, namun tiba-tiba teringat mereka belum memesan minuman.
“Akhirnya kita ke sini juga, ya.” Sari tersenyum saat duduk menghadapi wajah Cahya yang berjarak tak sampai semeter di depannya. Serasa gadis itu bisa memetakan setiap lekuk mahakarya Tuhan pada wajah kekasihnya itu. Sudah dipesannya jus nangka untuk Cahya, jus stoberi bagiannya, dan seporsi kentang goreng kress yang ceria.
Ingatan Sari melayang ke beberapa waktu silam. Ketika dia dan Cahya berselisih hebat, mereka pernah memilih untuk ‘membahas rapat’ mereka di tempat itu. Di beranda luar cafe tepatnya. Tapi itu sudah berlalu. Waktu dan situasinya sudah jauh berbeda. Kini mereka berdua tengah berbahagia.
Sari mendesah jengah saat yukime memunculkan beberapa sms dari penggemar rahasia yang tidak diharapkan. Tipe cowok galau yang meski sudah jelas-jelas tidak pernah ditanggapi tapi masih saja memburunya. Tanpa minat ia sudah akan menghapus langsung sms-sms naas itu namun tiba-tiba Cahya merebut yukime begitu saja.
“Sms dari siapa ?” Tanya Cahya sambil mengecek inbox satu per satu.
Sari yakin ia memutar bola matanya barusan. “Penggemar alay. Sudah jelas-jelas dicuekin masih aja ngganggu. Oppa liat aja sms-smsnya. ” Tukasnya kesal.
“Eh, dia ngajakin Sayang ketemuan loh.” Cahya terkikik geli. Menatap wajah Sari yang menampilkan ekspresi muak pada yang sedang mereka bicarakan. “Nih, Sayang balas gih.”
“Males ahh, Oppa.” Sari langsung menolak. “Ngapain juga diladenin. Oppa mau aku ketemuan sama orang kayak gitu ?”
Cahya masih dengan sisa-sisa tawanya. “Suruh aja dia nyamperin Sayang ke sini. Aku pengen tau manusianya kayak gimana.” Oh oh, Sari segera mengenali, ‘Evil Cahya’ mode: ON. “Cepet dibalas. Kalau dia emang laki, suruh ketemu ke sini.”
“Andwae Oppa... Shirreo...” Sari merajuk. Oppa-nya ini juga ada-ada saja. Masa’ mau memaksanya ketemuan dengan makhluk asing yang ia tidak minat sama sekali, demi iseng ? Sungguh tidak masuk akal.
“Udah, balas aja kok. Kalau nggak gini dia pasti bakal gangguin Sayang terus.” Cahya bersikukuh tak mau kalah. “Emang Sayang mau dismsin terus ?” Senyumnya mengembang saat Sari menggeleng pasrah. “Nah, gitu pinter. Sekarang panggil dia ke sini. Biar kapok dia, sudah berani gangguin pacar orang.”
Mau tak mau Sari mengikuti saja alur permainan Cahya yang tampak menikmati setiap kemajuan dari sms-sms yang diterima Sari kemudian. Tanpa sadar Sari tersenyum. Ditemukannya lagi satu nilai lebih dari kekasihnya itu. Perhatian tidak langsung yang diberikan Cahya padanya. Kelembutan hati di balik tutur katanya yang kadang sembarangan, namun memesona.
Sembari menunggu si penggemar-korban-iseng itu muncul keduanya segera terlibat dalam percakapan ringan yang intim. Ditemani gelas-gelas tinggi jus masing-masing, Cahya dan Sari membicarakan apa saja. Mereka mengobrol seru dan tertawa. Saling mendengarkan saat yang lain bicara. Malam yang membuat Sari merasa begitu bahagia, lebih-lebih karena bisa bersama Cahya.
Namun tak pelak, Cahya masih berambisi meneruskan keisengannya. Memonitori yukime dan meminta Sari cepat membalas jika ada sms baru masuk dari si penggemar. Tapi sayang, beberapa saat berlalu tidak ada sms lagi. Sari mendapati yukimenya yang ganti merajuk. “Sial.”
Sigap gadis itu merestart ponsel tunggalnya. Berharap tidak ada masalah, sementara Cahya yang tak mengerti cara kerja yukime hanya bisa memerhatikan dengan tak sabar. “Hapenya Sayang sering gitu ya ?” Selorohnya membuat Sari menatapnya sok galak. “Sini sini, aku bantu betulin case-nya.”
Tak yakin Sari mengangsurkan yukime pada Cahya. Namun dalam sekali sentakan ujung tepi silicon case ponsel itu langsung sobek. Cahya buru-buru meletakkan benda malang itu begitu saja sambil nyengir bersalah.
“Yak ! Oppa ! Malah sobek...” Sari mengamuk. “Yaaah... Harus ganti dong nih.” Dengan teliti dikembalikannya case itu seperti semula walau bekas sobekannya jelas terlihat.
“Maaf ya, Sayang. Habisnya...”
“Lho !?” Pekik Sari mengejutkan Cahya. “Sms-smsku nggak ada semua, Oppa... Gimana nih ?” Buru-buru Sari mengecek ulang data-data dalam ponselnya. “Iyaa... Smsku hilang semuaa...”
Kening Cahya berkerut. “Kok bisa ?”
“Gara-gara Oppa ini kan. Smsku jadi hilang. Sms-sms dari Oppa hilang semua. Tanggung jawab ! Kirimin ulang semua smsnya.”
Cahya terkekeh. “Mana bisa ? Aku nggak pernah nyimpan sms kok. Ya nanti kan aku sms Sayang lagi.” Sari akan membuka mulut untuk protes namun jari telunjuk Cahya sudah menyentuh bibirya. “Biar aja sms-sms itu hilang. Yang penting aku nggak hilang dari Sayang, kan ?”
Cesss... Dan Sari merasakan amarahnya menguap seketika. Berganti dengan senyum salah tingkah untuk menutupi rona memerah wajahnya atas apa yang baru saja diperbuat oleh Cahya.
“Hemm... Sudah jam 9 ini, penggemarmu nggak jadi datang ya ? Ahh, dasar pengecut.” Ujar Cahya sembari menyeruput sisa jus terakhirnya. “Ayo cepat dihabisin, Yang. Aku antar Sayang pulang.”
Sari mengangguk. Senang menerima uluran tangan Cahya yang menariknya berdiri. Berdua mereka berlalu meninggalkan cafe itu. Meninggalkan si penggemar rahasia yang rupanya sudah diam-diam menunggu. Biar saja, jangan mengganggu. Biar saja tetap seperti itu. Selalu...

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

It's my pleasure to know that you've left a comment here. Arigatou~~ *^_^*